Pengadaan bibit jengkol, kopi, pala, dan cokelat, adalah untuk memperkuat upaya kami melakukan melakukan reklaim tanah. Sekaligus untuk mengembalikan jenis tanaman pertanian yang dahulu ditanam Masyarakat di Jambo Reuhat
Tengku Muda Wali, Ketua AMMK
Di Gampong Jambo Reuhat, Aceh Timur, masyarakat menghadapi dampak luar biasa dari penguasaan tanah oleh perusahaan perkebunan sawit. Tanah yang dulunya merupakan sumber kehidupan dan budaya mereka kini dikuasai oleh perusahaan, meninggalkan jejak perubahan yang memengaruhi setiap aspek kehidupan mereka. Pembukaan lahan masif untuk perkebunan sawit juga telah merusak kualitas tanah dan sumber air untuk penghidupan, sungai-sungai yang sebelumnya airnya bersih kini mengering dan tidak jernih. Lahan pertanian mereka sudah berganti menjadi sawit sejak 1990. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh sawit dan tanah yang sedikit mereka tanami sawit juga karena tidak berhasil menanam yang lain, dan sebagian kecil menjadi nelayan.
Masyarakat Jambo Reuhat juga menghadapi dampak dari perubahan iklim pada aspek kehidupan mereka, dari pertanian hingga sumber daya alam. Pada musim penghujan tiap tahun, banjir melanda desa. Ketinggian air yang mencapai 30-50 cm merusak infrastruktur, lahan pertanian dan rumah, serta mengancam mata pencaharian mereka. Perubahan cuaca ekstrem juga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan tanah longsor. Cuaca yang semakin tidak dapat diprediksi juga membuat hasil panen tanaman buah seperti seperti rambutan, durian, dan dulu tidak konsisten berbuah. Sangat merugikan untuk pendapatan dan ketahanan pangan komunitas di lahan yang terbatas.
Sadar bahwa membutuhkan kekuatan bersama untuk menghadapi tantangan apa pun serta pentingnya mereklaim hak atas tanah dan mengembalikan kemandirian ekonomi, Masyarakat Jambo Reuhat pun membentuk AMMK (Aliansi Masyarakat Menggugat Keadilan) dan berjuang sejak tahun 2000 pasca penggusuran lahan besar-besaran. Melalui proses pendidikan dan pengorganisasian, AMMK ingin membangun kesadaran dan solidaritas di antara masyarakat agar paham atas hak-hak mereka, mandiri secara ekonomi, dan tetap giat bekerjasama bersatu dalam tekad perjuangan mereka untuk reforma agraria, dan meningkatkan kapasitas pertanian. AMMK memiliki empat kegiatan kunci dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund : pelatihan tentang reforma agraria dan penguatan kapasitas organisasi, advokasi untuk kepastian hukum memperoleh redistribusi tanah bagi rakyat, pelatihan untuk penanaman tanaman guna peningkatan kualitas hidup, revitalisasi ekonomi lokal untuk kembali mempraktikkan pertanian tradisional mengurangi ketergantungan kepada sawit rakyat. Penguatan organisasi dan pendidikan saat ini diarahkan juga untuk kaderisasi termasuk pada kaum muda untuk melanjutkan perjuangan reforma agraria dan kemandirian ekonomi.
AMMK juga konsisten melakukan ragam upaya meningkatkan ketahanan komunitas seperti peningkatan pengetahuan tentang perubahan iklim, mendorong metode pertanian ramah lingkungan, termasuk pemilihan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrem dan teknik pengelolaan tanah yang berkelanjutan. Inisiatif reforestasi dan konservasi untuk pemulihan ekosistem yang rusak turut jadi perhatian pembibitan jengkol, kopi, pala, coklat, selain tanaman pangan yang sudah ada untuk memperbaiki kualitas tanah, dan pemulihan keseimbangan ekologis untuk mengurangi risiko bencana alam.
AMMK dan Masyarakat Jambo Reuhat adalah potret ketahanan, keberanian, tekad tanpa henti untuk tidak menyerah pada kondisi lahan yang sudah rusak. Pendanaan langsung Nusantara Fund untuk pendidikan dan keorganisasian yang sedang dilakukan mendukung mereka dalam perjuangan memperoleh keadilan dan kemandirian untuk perubahan berkelanjutan.