
Komunitas Pencinta Alam (KOMPALA) Belinyu
Program
Akademi Ekologi Berbasis Pusat Pengetahuan Bahari Sebagai Upaya Penyelamatan dan Pemulihan Kawasan Pesisir Utara Pulau Bangka Dari Ancaman Pertambangan Timah Laut di Bangka Belitung
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Akademi Ekologi Bahari dan Patroli Aktivitas Tambang KOMPALA Belinyu: Pelindung Ekosistem Pesisir Utara Bangka dan Teluk Kelabat.
Komunitas Pecinta Alam (KOMPALA) Belinyu, yang berbasis di Kepulauan Bangka Belitung, memiliki visi menjaga kelestarian lingkungan pesisir. Sejak tahun 2013, KOMPALA Belinyu telah bekerja sama dengan masyarakat nelayan Desa Penyusuk untuk mempertahankan wilayah tangkap dan kawasan pesisir dari ancaman aktivitas pertambangan timah laut di perairan Bangka. Selama berabad-abad, para nelayan pesisir telah menjadi penjaga lingkungan dan pendorong pelestarian nilai-nilai budaya lokal oleh melalui praktik penangkapan ikan yang arif dan ramah lingkungan. Mengingat meningkatnya ancaman terhadap wilayah pesisir, KOMPALA Belinyu dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund, menggagas program yang bertujuan untuk melindungi kawasan pesisir utara Pulau Bangka dari kerusakan lingkungan dan mempertahankan ekosistem yang kaya akan karbon biru atau ekosistem blue carbon yang memiliki peran vital dalam mitigasi perubahan iklim.
Melalui program “Akademi Ekologi Berbasis Pusat Pengetahuan Bahari,” KOMPALA Belinyu memulai serangkaian kegiatan untuk melindungi dan memulihkan ekosistem pesisir Pulau Bangka, khususnya di wilayah Pulau Putri. Program diawali dengan musyawarah dan rapat perencanaan yang melibatkan berbagai pihak, seperti WALHI Kepulauan Bangka Belitung, POKMASWAS, dan nelayan setempat, untuk membahas strategi pelaksanaan program. Setelah diadakan musyawarah, mereka bergegas mempersiapkan sarana dan prasarana belajar untuk pelaksanaan di Pulau Putri.
Anggota KOMPALA dan masyarakat sekitar bersama-sama memperbaiki pondok belajar yang akan difungsikan sebagai ruang pelatihan dan perpustakaan. Mereka bergotong royong melakukan pengecatan, perbaikan bangunan yang rusak, serta melengkapi fasilitas dasar seperti listrik, sanitasi, dan wadah penyimpanan air bersih. Setelah sarana belajar siap, KOMPALA memasang fasilitas pendukung tambahan, termasuk penerangan bertenaga surya ramah lingkungan yang memungkinkan kegiatan malam hari. Perbaikan ini memastikan akses yang lebih aman bagi tim patroli dan peserta pelatihan yang menyeberang ke Pulau Putri, yang sebelumnya terbatas hanya mengandalkan perahu nelayan. Sarana belajar di Pulau Putri kini lebih representatif dan nyaman untuk mencetak kader-kader bahari yang mampu mengemban estafepelestarian ekosistem pesisir. Dukungan pendanaan langsung ini telah membantu meningkatkan soliditas gerakan pelestarian pesisir yang telah lama dijalankan oleh KOMPALA.
KOMPALA juga mengadakan berbagai pelatihan untuk menambah kapasitas dan pengetahuan anggota komunitas tentang ekosistem pesisir. Mereka menyelenggarakan pendidikan kebaharian yang memperkenalkan para peserta pada ekosistem mangrove, terumbu karang, dan membangun kesadaran mengenai pentingnya menjaga ekosistem pesisir. Para peserta, yang sebagian besar terdiri dari pelajar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di Kecamatan Belinyu, juga mempraktikkan pengamatan dan pelestarian ekosistem secara langsung. Dengan bantuan narasumber dari Dinas Kelautan dan Perikanan serta akademisi dari universitas lokal, para peserta belajar mengenai ekologi pesisir dan mendapatkan pengetahuan praktis tentang cara menjaga keanekaragaman hayati laut.
Melalui Akademi Ekologi Bahari, KOMPALA telah menciptakan ruang edukasi yang mendorong generasi muda untuk memahami, menghargai, dan terlibat langsung dalam upaya pelestarian ekosistem pesisir. Ekosistem pesisir yang kaya blue carbon ini memiliki kemampuan unik untuk menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar, yang jauh lebih efektif daripada sebagian besar ekosistem daratan. Mangrove, misalnya, memiliki mampu menyimpan karbon di akar-akar yang tersebar dalam lapisan tanah pesisir, sehingga menciptakan cadangan karbon jangka panjang yang tidak mudah terlepas ke atmosfer selama ekosistem tersebut tetap sehat.
Sebanyak 20 kader muda telah dilatih dalam isu-isu lingkungan dan ekosistem bahari, membentuk generasi baru yang memiliki kesadaran dan kapasitas dalam menjaga dan melindungi wilayah pesisir mereka. Tidak hanya berdampak pada masyarakat lokal, kegiatan ini juga pada akhirnya akan menarget peningkatan meningkatkan kesadaran wisatawan yang berkunjung ke Pulau Putri akan pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian ekosistem pesisir, yang berkontribusi positif terhadap pemeliharaan lingkungan.
KOMPALA juga menyelenggarakan pelatihan keterampilan yang berfokus pada pembuatan produk ramah lingkungan berbahan baku lokal. Mencakup cara mengolah bahan-bahan alam dari pesisir menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomi, seperti tas, anyaman atau produk dekorasi berbasis ekologi. Kegiatan ini juga mendorong perekonomian masyarakat setempat sekaligus mengurangi ketergantungan pada aktivitas yang berpotensi merusak lingkungan. Komunitas belajar untuk mengembangkan ekonomi kreatif yang selaras dengan prinsip keberlanjutan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara bijaksana tanpa merusak lingkungan pesisir yang mereka jaga.
Salah satu capaian penting lain adalah jadwal patroli rutin harian memantau aktivitas pertambangan yang berpotensi merusak ekosistem di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil seluas 100 hektar di wilayah perairan utara Bangka yang melibatkan Relawan, nelayan lokal, dan anggota POKMASWAS secara terstruktur dan berkala sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama oleh komunitas. Dengan mencegah aktivitas pertambangan yang merusak, mereka tidak hanya melindungi lingkungan dari polusi dan sedimentasi yang dapat merusak terumbu karang, tetapi juga menjaga stabilitas ekosistem pesisir yang esensial untuk menyerap karbon dan mendukung kehidupan laut yang kaya akan biodiversitas.
Perlindungan terhadap ekosistem pesisir yang kompleks dan merupakan bagian dari karbon biru ini, tidak hanya menjaga keanekaragaman hayati tetapi juga mempertahankan sumber penghidupanyang penting bagi masyarakat lokal di pesisir Penyusuk sejumlah 2326 orang (1158 laki-laki, 1168 perempuan) yang secara tradisional mengandalkan wilayah ini untuk mencari nafkah.