TOTAL DANA 2025 - 2027

$500,000

Re-Granting - General Support

TOTAL DANA AGUSTUS 2023 - JULI 2024

$250,000

Institutional Support

TOTAL DANA OKTOBER 2024 - SEPTEMBER 2029

$5,000,000

General Support

TOTAL DUKUNGAN DANA $800,000

Agustus 2023 - September 2024 ( $300,000 )
Februari 2025 - Juli 2026 ( $500,000 )

Pendanaan Langsung ( Re-Granting )

TOTAL DUKUNGAN DANA 2023 - 2027

$1,050,000

Re-Granting - General Support

TOTAL DANA 2024 - 2026

$2,500,000

Re-Granting - Endowment
S1069-WALHI Komunitas Masyarakat Adat Yeno Meyu, Suku Namblong Jayapura Papua

Komunitas Masyarakat Adat Yeno Meyu – Suku Namblong

Program

Menghidupkan Kembali Indjo Flhre Ssing Untuk Menjaga Hutan Adat

Organisasi Pendamping
WALHI
Lokasi
Jayapura, Papua
Pendanaan Langsung
Rp100,000,000
Periode
Mulai
01/03/2024
Berakhir
31/05/2024
Target
Pusat Pendidikan Rakyat
Status
Berjalan

Bagikan ke :

Facebook
WhatsApp
X

Rumah Inisiasi Adat (Indjo Fihre Ssing) Menegakkan Tradisi Memperkuat Kedaulatan

Komunitas Masyarakat Adat Yeno Meyu adalah bagian dari Suku Namblong yang terletak di Kampung Meyu, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, Papua. Komunitas ini memiliki tradisi yang kaya dan erat dengan tanah dan alam dan masih teguh menjaga budaya warisan leluhur. Dalam rangka mempertahankan warisan budaya dan melindungi hutan adat, dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund, Masyarakat Adat Yeno Meyu bersama dengan WALHI Papua menginisiasi upaya memperkuat peran dalam menjaga lingkungan dan hutan adat, dengan pembangunan Rumah Inisiasi Adat.

Dalam bahasa lokal, Rumah Inisiasi Adat ini disebut Indjo Fihre Ssing. Penguatan kembali sistem pendidikan tradisional penting untuk melindungi wilayah Masyarakat Adat Yeno Meyu dan melestarikan adat dan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. Rumah Inisiasi Adat dirancang bukan hanya sebagai simbol budaya, tetapi juga sebagai benteng pengetahuan tradisional yang dapat digunakan untuk mendidik generasi muda tentang pentingnya hutan, adat, dan identitas mereka sebagai Masyarakat Adat.

Selain itu, ini adalah tempat di mana masyarakat Adat dapat mengorganisir diri, memperkuat solidaritas, dan menyiapkan strategi kolektif menghadapi tantangan terhadap hutan adat. Program ini juga difokuskan pada penguatan kedaulatan adat terhadap wilayah adat Masyarakat Adat Meyu sebesar 2.790 hektar yang telah diakui secara resmi oleh pemerintah.

Kegiatan awal dari program ini adalah persiapan dan musyawarah komunitas. Pada tahap ini, komunitas bersama dengan WALHI Papua mengadakan diskusi dengan tokoh-tokoh adat, pemimpin komunitas, serta anggota masyarakat adat untuk merumuskan rencana pelaksanaan. Musyawarah ini bertujuan untuk menyepakati langkah-langkah yang perlu dilakukan, termasuk jadwal pembangunan, pengadaan bahan-bahan bangunan, serta pembagian peran di antara anggota komunitas. Dalam pertemuan ini, juga dibahas bagaimana Rumah Inisiasi Adat dapat kembali berfungsi sebagai ruang untuk melestarikan adat istiadat, sekaligus menjadi tempat untuk memperkuat solidaritas masyarakat dalam menghadapi tantangan eksternal, seperti ekspansi industri ekstraktif sawit.

Tahapan selanjutnya adalah pembangunan fisik Rumah Inisiasi Adat. Proses ini dilakukan secara gotong-royong, melibatkan berbagai kelompok dalam komunitas, termasuk para lelaki dan perempuan, serta perwakilan anak-anak muda yang akan menjadi penerus tradisi. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan sebagian besar berasal dari sumber daya lokal, seperti kayu, namun juga dikombinasi dengan bahan bangunan modern untuk memastikan ketahanan bangunan. Gotong-royong ini bukan hanya merupakan proses fisik semata, tetapi juga menjadi momen penting untuk memperkuat soliditas.

Seiring dengan pembangunan rumah adat, dilakukan juga kegiatan diskusi dan pelatihan yang melibatkan para tetua adat dan anggota masyarakat lainnya. Diskusi ini berfokus pada bagaimana Rumah Inisiasi Adat dapat berfungsi sebagai pusat pendidikan tradisional, di mana nilai-nilai dan pengetahuan adat dapat diajarkan kepada generasi muda. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan tentang pengelolaan hutan adat, bagaimana cara melindungi wilayah adat dari ancaman deforestasi, dan memperkuat keterampilan komunitas dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Sejauh ini program telah berdampak langsung bagi pendidikan di Masyarakat Adat Yeno Meyu sebanyak 58 perempuan, 50 laki-laki, dan 40 anak-anak.

Wilayah hutan adat Suku Namblong di Kampung Meyu ini merupakan rumah bagi berbagai ragam flora dan fauna yang khas, yang berfungsi sebagai bagian penting dari keseimbangan ekosistem. Di tengah ancaman deforestasi yang terus terjadi di banyak wilayah tropis akibat ekspansi perkebunan dan industri ekstraktif, wilayah adat Kampung Yeno Meyu menjadi penting dalam mempertahankan ekosistem yang berkelanjutan. Dengan menjaga hutan adat, Masyarakat Adat Yeno Meyu tidak hanya melindungi lingkungan hidup mereka sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi penting terhadap upaya global dalam melawan perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Rumah Inisiasi Adat atau Indjo Fihre Ssing yang dibangun menjadi simbol kedaulatan dan keberlanjutan budaya. Tempat ini menjadi pusat pendidikan yang mengajarkan para pemuda tentang pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Penggunaan rumah ini untuk mendidik dan meningkatkan kesadaran Masyarakat Adat tentang ancaman yang dihadapi wilayah adat mereka juga menjadikan program ini sebagai alat penting dalam mengatasi badai deforestasi dan kerusakan lingkungan yang datang ke hutan adat.

Scroll to Top