
Komunitas Merangkul Bumi
Program
Pemanfaatan Tanah Kasultanan Yogyakarta di Kawasan Karst untuk Mendorong Pemajuan Produksi Pertanian Masyarakat
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Komunitas Merangkul Bumi: Pertaruhan Hak Tanah dan Kedaulatan Pangan di Lahan Kesultanan
Komunitas Merangkul Bumi adalah kelompok masyarakat lokal yang fokus pada upaya perlindungan dan penguatan hak kelola masyarakat atas tanah di kawasan Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Komunitas Merangkul Bumi yang anggotanya sebagian besar berprofesi sebagai petani, menyadari pentingnya kejelasan hak atas tanah yang mereka kelola. Sebagai bagian dari upaya memperkuat gerakan mereka, Komunitas Merangkul Bumi dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund, meluncurkan program pemetaan partisipatif dan penguatan kapasitas komunitas dalam pengelolaan wilayah kelola.
Program yang dijalankan oleh Komunitas Merangkul Bumi dengan dampingan WALHI Yogyakarta mencakup pemetaan lahan, pendidikan pengelolaan tanah karst, serta pembangunan infrastruktur untuk distribusi hasil pertanian. Kegiatan pemetaan melibatkan para anggota komunitas secara langsung dalam proses pemetaan partisipatif, Komunitas Merangkul Bumi melakukan pengukuran dan pendokumentasian tanah yang secara historis telah lama mereka kelola. Tujuan utamanya adalah menghasilkan Peta Wilayah Kelola Rakyat yang dapat diusulkan sebagai dasar mendapatkan surat kekancingan dari Panitikismo -sebuah lembaga di bawah Kasultanan Yogyakarta yang mengelola tanah kesultanan-. Melalui inisiatif ini, komunitas juga menyusun strategi jangka panjang untuk mempertahankan kontrol atas tanah tersebut dari konversi lahan untuk keperluan komersial.
Dalam tahap awal, komunitas berhasil mempublikasikan hasil pemetaan partisipatif yakni lahan kesultanan seluas 17,2 hektar yang sudah dikelola masyarakat berhasil dipetakan. Tanah ini berada di bawah status Sultan Ground atau Tanah Kesultanan, dan saat ini sedang diajukan sebagai lahan kelola komunitas. Inisiatif pemetaan partisipatif ini menjadi bagian dari upaya lebih besar, khususnya kebutuhan akan akses lahan produktif untuk kedaulatan pangan di Kabupaten Gunung Kidul.
Komunitas Merangkul Bumi telah mengusulkan izin kelola 17,2 hektar lahan yang sudah dipetakan kepada Panitikismo untuk dapat dikelola oleh komunitas. Dengan izin kelola komunitas dapat memusatkan energinya dalam mengoptimalkan produktivitas lahan untuk berbagai kegiatan pertanian produktif dalam membangun resiliensi komunitas berbasis sumber daya lokal.
Pendidikan pengelolaan lahan khusus kawasan karst juga diberikan untuk anggota Komunitas Merangkul Bumi. Mereka memperoleh keterampilan baru dalam teknik pertanian berkelanjutan yang sesuai untuk karakteristik tanah karst yang susah air dan rentan degradasi tanah. Para anggota yang sebelumnya hanya menanam kacang-kacangan, kini telah berhasil membudidayakan padi di lahan bersama. Padi punya nilai ekonomi lebih tinggi dan juga dapat jadi opsi diversifikasi pemenuhan pangan komunitas. Hasil dari pendidikan berkontribusi pada peningkatan produktivitas lahan dan peningkatan pendapatan.
Selain itu, Komunitas Merangkul Bumi juga membangun sebuah kios yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan distribusi hasil produksi. Kios ini tidak hanya memperpanjang umur simpan hasil panen, tetapi juga memudahkan komunitas dalam mengakses pasar tanpa khawatir akan risiko kerusakan produk. Dengan adanya kios tersebut, distribusi hasil pertanian ke wilayah perkotaan dapat dilakukan secara lebih efektif, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan para petani dan dapat mendukung stabilitas ekonomi komunitas secara keseluruhan.
Komunitas Merangkul Bumi mengingatkan kita kembali akan pentingnya membangun resiliensi komunitas dengan adaptasi berbasis potensi lokal. Pemetaan partisipatif yang dihasilkan menjadi dokumen pendukung usulan pengakuan hak kelola di Tanah Kesultanan, sedang pelatihan lahan karst memberikan kemampuan teknis dalam mengelola tanah karst, dan pembangunan kios menciptakan sistem distribusi hasil pertanian yang lebih efisien.