
Kelompok Tani Bukit Kumbang
Program
Optimalisasi Pengelolaan Pasca Panen Kopi Petik Merah dan Pemulihan lahan dan hutan pada wilayah DAS Air Sambat Desa Tanjung Aur Kec. Maje Kab. Kaur.
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Kebun Kopi Agrosilvopastura: Solusi Komunitas Tani Bukit Kumbang Pulihkan Lahan
Komunitas Tani Bukit Kumbang berdomisili di Desa Tanjung Aur, Bengkulu. Tepatnya sejak tahun 1971 mereka telah terbiasa mengolah kopi secara tradisional. Pada setiap musim, masyarakat Desa Tanjung Aur mampu mengolah kopi hingga mencapai 200 ton. Melalui pendanaan Nusantara Fund, Komunitas Tani Bukit Kumbang telah berupaya mengintegrasikan tanaman kopi mereka dengan peternakan di lahan hutan (agrosilvopastura). Dengan harapan, praktik perkebunan kopi yang mereka lakukan sejak lama itu mampu memberikan sumbangsih pada kelestarian alam, termasuk untuk pemulihan lahan dan hutan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS).
Meski sempat tersendat pada awal program, Komunitas Tani Bukit Kumbang telah berupaya sebaik mungkin untuk mewujudkan perkebunan kopi yang berkelanjutan. Mereka menanam di tanah kira-kira seluas 4 hektar. Tanah itu merupakan pemberian dari salah satu anggota mereka untuk mewujudkan Impian bersama tersebut.
Ada beberapa program yang dijalankan guna mewujudkan perkebunan kopi dengan metode agrosilvopastura. Pertama, mereka membangun green house supaya penjemuran kopi dapat lebih optimal dibandingkan metode lama yang hanya bergantung kepada cuaca cerah. Kedua, mereka juga membangun rumah pembibitan yang memungkinkan untuk pengembangan bibit kopi lokal. Ketiga, membangun embung air. Keberadaan embung air dimaksudkan untuk menampung air hujan. Jadi air hujan tidak langsung terserap oleh tanah, melainkan masuk ke embung air untuk mereka manfaatkan pada pertanian dan keperluan lainnya. Keempat, peternakan. Awalnya, Komunitas Tani Bukit Kumbang hendak mengadakan peternakan kambing, tetapi mereka melihat kambing tidak cocok untuk pertanian agrosilvopastura yang mereka kembangkan. Pilihan ternak jatuh kepada ayam yang mereka anggap bermanfaat. Kedua puluh indukan ayam itu akan secara rutin mereka lepas liarkan pada pagi hari untuk mencari makan di kebun kopi, lalu mereka kandangkan kembali di malam hari. Ayam akan membantu pada pengelolaan hama, seperti ulat, belalang, dan kepik, juga membantu penggemburan dan penyuburan tanah saat mencakar tanah. Terakhir, Komunitas Tani Bukit Kumbang juga memanfaatkan pendanaan Nusantara Fund untuk mengadakan sarana-prasarana yang mendukung praktik baik mereka.
Upaya perkebunan kopi melalui metode agrosilvopastura yang dikembangkan oleh Komunitas Tani Bukit Kumbang tidak hanya berdampak pada kesejahteraan kolektif komunitas tersebut. Melainkan juga menyumbangkan hasil pada upaya konservasi dan pemulihan lahan. Dengan keberadaan perkebunan kopi Komunitas Tani Bukit Kumbang, hasil yang dapat dirasakan pada pemulihan lahan dan hutan setidaknya berdampak kepada 135 ribu jiwa warga yang hidup di Kabupaten Kaur, Bengkulu.