![S2A1001 [Komunitas Masyarakat Adat Pusu] S2A1001 [Komunitas Masyarakat Adat Pusu]](https://nusantarafund.org/wp-content/uploads/elementor/thumbs/S2A1001-Komunitas-Masyarakat-Adat-Pusu-qzxr2kp83hrsb4paw9j1wy466tr3dhvhn8x0aqpbu8.jpg)
Komunitas Masyarakat Adat Pusu
Program
Pemanfaatan Wilayah Adat dengan Konsep Pangan Lestari sebagai Usaha Kemandirian Sekolah Adat
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Sejak didirikan pada Maret 2020, Sekolah Adat Pusu telah menjadi pusat pembelajaran bagi anak-anak adat untuk mendalami seni, sejarah leluhur, ilmu tua, dan tradisi yang diwariskan turun-temurun. Namun, perjalanan mempertahankan sekolah adat tidak selalu mulus. Keterbatasan fasilitas dan minimnya tenaga pengajar kerap menghambat keberlangsungan sekolah adat.
Masyarakat Adat Pusu tidak tinggal diam. Mereka menemukan solusi tumbuh kembang yang berpijak pada potensi lokal: budidaya hortikultura sayur mayur dan perikanan bioflok di lahan kolektif. Strategi pengelolaan kolektif diterapkan, yang melibatkan seluruh anggota komunitas, termasuk pemuda/i dan perempuan adat dalam pengelolaan dan operasional harian. Perempuan Adat kemudian memperkuat peran mereka dengan membentuk 3 kelompok budidaya hortikultura, mereka berkomitmen memberikan kontribusi keuntungan hasil usaha untuk sekolah adat.
Dalam sistem pengelolaan kolektif yang disepakati, sebanyak 50% dari keuntungan usaha dialokasikan untuk mendukung operasional Sekolah Adat Pusu. Dana ini digunakan untuk insentif tenaga pengajar, peningkatan fasilitas, serta keberlanjutan sekolah adat. Investasi Masyarakat Adat Pusu di kebun hortikultura dan perikanan bioflok kolektif adalah agar sekolah adat Pusu tidak sekedar bertahan, tapi dapat tumbuh berkembang.
Di bidang hortikultura, komunitas Masyarakat Adat Pusu membudidayakan berbagai jenis sayuran seperti cabai, tomat, terong, kacang panjang, sawi, kubis, dan kentang. Masing-masing ditanam di lahan kolektif seluas 10 are. Siklus tanam hingga panen memakan waktu sekitar 3–4 bulan, dengan perkiraan paling tidak tiga kali panen dalam setahun.
Sementara itu, perikanan bioflok membudidayakan ikan air tawar seperti lele, nila, dan patin. Sejumlah 6000 bibit ikan ditebar di tiga kolam budidaya bioflok yang dibangun. Panen ikan dapat dilakukan dua kali dalam setahun, per kali panen total bisa mencapai 900 kg. Proyeksi minimal laba kotor di luar biaya tetap per panen dari semua usaha kolektif pertanian dan perikanan tak kurang dari Rp17 Juta.
Program ini tidak hanya memastikan penguatan perekonomian serta menjaga suplai sayur mayur dan protein bagi komunitas, tetapi juga menjadi ruang belajar bagi anak-anak Sekolah Adat Pusu. Mereka belajar dan mempraktikkan keterampilan bertani dan beternak berbasis kearifan lokal, sebuah pembelajaran yang tidak mereka dapatkan di sekolah formal. Sekolah adat Pusu menunjukkan bagaimana pendidikan adat melengkapi sistem pendidikan formal.