![S2W1051 [Masyarakat Adat Kaum Datuk Rangkayo Endah Suku Muara Basa Nagari Guguak Malalo Malalo Tigo Jurai] S2W1051 [Masyarakat Adat Kaum Datuk Rangkayo Endah Suku Muara Basa Nagari Guguak Malalo Malalo Tigo Jurai]](https://nusantarafund.org/wp-content/uploads/elementor/thumbs/S2W1051-Masyarakat-Adat-Kaum-Datuk-Rangkayo-Endah-Suku-Muara-Basa-Nagari-Guguak-Malalo-Malalo-Tigo-Jurai-r0zw18lien5ccpprw7mtraudls0nb4axuipnm9ao8g.jpg)
Masyarakat Adat Kaum Datuk Rangkayo Endah Suku Muara Basa | Nagari Guguak Malalo | Malalo Tigo Jurai
Program
Pembangunan Pusat Pendidikan Adat dan Ekologi di Malalo Tigo Jurai, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Tegaknya Surau Kami: Merajut Tradisi dan Menjaga Alam di Surau Masyarakat Adat Malalo Tigo Jurai
Masyarakat Adat Malalo Tigo Jurai menggantungkan hidupnya pada keberadaan danau dan hutan di wilayah tinggal mereka, kebanyakan anggota dari Masyarakat Adat ini berprofesi sebagai petani, peladang, dan nelayan danau. Meski begitu, mereka belum mendapatkan pengakuan atas hak wilayah ulayat dan hak pengelolaan wilayah itu. Dari pemetaan partisipasi, total luas lahan ulayat mereka 10.689 hektar. Berpuluh tahun sudah Masyarakat Adat Malalo Tigo Jurai juga memperjuangkan hak ulayat mereka dari perampasan wilayah.
Selama hampir tiga dekade, sengketa perampasan wilayah tak kunjung selesai dan terus berdatangan. Pada tahun 1992, mereka harus berhadapan dengan kepentingan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Singkarak. Dari proyek PLTA Singkarak mereka harus menerima kerusakan lingkungan di wilayah komunal, seperti hilangnya mata air, sebagai konsekuensi dari investasi skala besar. Pada 2020 konflik penyerobotan wilayah ulayat berkedok investasi berskala besar masuk ke ruang hidup mereka. Kini, mereka harus berhadapan lagi dengan Proyek Strategis Nasional (PSN) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Singkarak berkekuatan 50 mw.
Demi melindungi ruang hidup dan tradisi yang semakin tergerus oleh investasi skala besar, Masyarakat Adat Malalo Tigo Jurai memanfaatkan Pendanaan Langsung Nusantara Fund untuk membangun surau. Pembangunan surau dilaksanakan pada tanggal 11-29 Juli 2024. Bangunan surau belajar seluas 8 x 5 meter selesai dibangun dalam waktu satu bulan, lengkap dengan kolam ikan sebagai bagian dari praktikum agroekologi. Selain itu, lantai dasar pondok telah dioptimalkan menjadi sasaran silek dan latihan randai, yang memperkuat kembali tradisi seni dan budaya lokal yang mulai pudar.
Keberadaan surau memiliki arti sangat penting dalam kehidupan sosial Masyarakat Adat Malalo Tigo Jurai. Surau berperan sebagai ruang publik dalam penyebaran pengetahuan terkait kenagarian (kampung) dan etika, serta mempererat relasi sosial. Kini, Masyarakat Adat Malalo Tigo Jurai akan lebih memfokuskan peran surau pada pendidikan terkait tradisi silek (pencak silat) dan ekologi dalam bentuk pertanian berkelanjutan.
Pembangunan surau berhasil menarik perhatian para guru silek yang ada di Jorong Duo Koto. Pasca-pembangunan surau, guru-guru silek di Jorong Duo Koto berdatangan untuk ikut berkontribusi pada pendidikan tradisi silek untuk pemuda-pemuda adat. Pendidikan silek dilakukan di lantai pertama surau. Lantai kedua surau akan difokuskan pada kegiatan diskusi seputar isu-isu kenagarian dan upaya untuk membangunnya, berbagi pengetahuan adat dan sosial, serta pengetahuan tentang pertanian berkelanjutan.
Dengan pembangunan surau, Masyarakat Adat Malalo Tigo Jurai mampu menciptakan ruang publik yang akan menguatkan solidaritas anggota komunitasnya demi melindungi wilayah dan tradisi. Surau jadi wadah diskursus lintas generasi, mempertemukan ninik mamak dengan orang muda dalam suasana kekeluargaan. Filosofi “Alam Takambang Jadi Guru” diwujudkan dalam setiap praktik pendidikan dan pelatihan yang menjadikan alam sebagai sumber inspirasi sekaligus media belajar.
Surau itu akan memberikan manfaat kepada 117 orang yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di surau. Lebih luas, surau itu juga akan memberikan manfaat secara tidak langsung kepada penduduk Jorong Duo Koto yang berjumlah kurang lebih 1.498 orang karena surau itu berhasil menanamkan pengetahuan atau kearifan lokal kepada para pemuda adatnya.