![S2W1049 [Masyarakat Desa Tanjung Batu] S2W1049 [Masyarakat Desa Tanjung Batu]](https://nusantarafund.org/wp-content/uploads/elementor/thumbs/S2W1049-Masyarakat-Desa-Tanjung-Batu-r0zv92dnkekydgmzej8diws0n0vllpgkb2sqsp2gq8.jpg)
Masyarakat Desa Tanjung Batu
Program
Pengembangan Pasca Panen Komoditi Kopi untuk Peningkatan Produksi Masyarakat dan Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga dan Kelompok
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Mengolah Kopi, Membangun Harapan: Kopi Desa Tanjung Batu
Wilayah Gunung Kerinci di Jambi punya potensi besar untuk mengembangkan produksi kopi. Tanah vulkanik yang subur, ketinggian, dan kondisi alam yang lain sangat cocok untuk budidaya kopi. Meski kondisi alam mendukung, tetapi Masyarakat Desa Tanjung Batu, Kabupaten Kerinci, Jambi mengalami kesulitan dalam mengolah kopi. Untuk pengolahan kopi, Masyarakat Desa Tanjung Batu masih menggunakan proses tradisional, yaitu biji kopi digelar di tanah atau atas terpal dibawah terik matahari langsung. Dengan kata lain, mereka bergantung pada kondisi cuaca. Alhasil, mereka sering mendapati biji kopi mentah yang berjamur, bahkan sampai dalam kondisi rusak parah.
Jamur pada kopi muncul akibat penyimpanan yang tidak sesuai atau proses pengeringan yang tidak sempurna. Kopi berjamur ini berbahaya bagi kesehatan karena besar kemungkinan mengandung mikotoksin, zat beracun yang dihasilkan oleh beberapa jenis jamur. Jika pun dipaksakan diolah, kopi berjamur memiliki aroma dan rasa tak sedap. Kopi kualitas cacat/defect dihargai sangat murah di pasaran. Atau yang paling buntung nasibnya, biji-biji kopi itu tidak laku dijual.
Demi mengatasi permasalahan tersebut sekaligus guna meningkatkan nilai jual produk kopi, Masyarakat Desa Tanjung Batu membangun rumah pengering kopi dengan memanfaatkan Pendanaan Langsung Nusantara Fund. Rumah pengering kopi berukuran 3,5×5,5 meter ini dilengkapi dengan pengontrol suhu dan kelembaban. Mereka juga melakukan pengadaan peralatan seperti mesin giling basah dan mesing giling kering supaya proses produksi semakin cepat. Dua mesin itu memiliki fungsi yang berbeda. Mesin giling basah diperuntukkan produksi kopi dengan metode honey process dan full wash process, sementara mesin giling kering untuk produksi bermetode natural.
Masyarakat Desa Tanjung Batu juga membuat gudang penyimpanan biji kopi mentah untuk menjaga kualitas produk. Keberadaan infrastruktur dan peralatan pendukung itu akan dimanfaatkan langsung oleh anggota Organisasi Rakyat yang berjumlah 43 orang. Mereka juga mendapat pelatihan pengolahan kopi metode honey dan full wash, serta pengoperasian dan perawatan mesin giling kopi.
Selain memenuhi infrastruktur dan peralatan, Masyarakat Desa Tanjung Batu juga berusaha mengumpulkan hasil panen kopi dari masyarakat di luar organisasi. Tujuannya selain untuk menampung biji kopi mentah sebanyak-banyaknya juga untuk membantu perekonomian masyarakat yang selama ini bergantung kepada tengkulak. Kegiatan pengumpulan ini diatur sedemikian rupa, seperti pemilihan lokasi yang mudah diakses petani, dilengkapi dengan fasilitas sortasi, penilaian kualitas, dan pengemasan.
Dari kegiatan pengumpulan itu, mereka mampu mengumpulkan 2,5 ton kopi. Jumlah itu terbilang kecil karena pada masa pengumpulan harga kopi tengah naik dan kemampuan organisasi tidak cukup untuk menampung hasil kopi terlalu banyak. Sebagai informasi, lahan perkebunan kopi yang ada di wilayah itu memiliki luas 300 hektar.
Meski dalam pelaksanaan program ada beberapa tantangan yang harus mereka hadapi, seperti kelangkaan material rumah pengeringan biji di wilayah itu dan kenaikan harga kopi sehingga menurunkan target total pengumpulan bahan baku kopi, bisa dikatakan mereka telah berhasil mencapai satu titik kemajuan baru.
Dengan infrastruktur rumah pengering, mereka tidak lagi bergantung kepada cuaca dan hasil panen yang baik dapat dijaga. Begitu juga dengan peralatan dan jaringan dengan petani kopi telah mengamankan pasokan untuk proses produksi. Kegiatan pengumpulan pasokan bahan baku kopi yang terorganisir memungkinkan petani mendapat bahan baku berkualitas. Kopi yang diolah dari bahan baku berkualitas tentu harga jualnya lebih tinggi di pasaran. Ini merupakan strategi baru yang dapat dilakukan oleh Masyarakat Desa Tanjung Batu guna meningkatkan nilai jual produk kopi dan tentunya turut mendukung upaya ekonomi kolektif mereka.