![S2W1054 [Perkumpulan Sima Swatantra Indonesia (SSI)]_enhanced S2W1054 [Perkumpulan Sima Swatantra Indonesia (SSI)]_enhanced](https://nusantarafund.org/wp-content/uploads/elementor/thumbs/S2W1054-Perkumpulan-Sima-Swatantra-Indonesia-SSI_enhanced-r27x35m7kgm0903idjfgfxb0ql3a6c5r4scmmr0tv4.jpg)
Perkumpulan Sima Swatantra Indonesia (SSI)
Program
Peternakan Domba Terpadu untuk Pengembangan Ekonomi Warga dan Perjuangan Rakyat Trenggalek
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Domba-Domba Perjuangan Perkumpulan Sima Swatantra Indonesia
Dari Prasasti Kamsyaka atau Kampak bertarikh 851 Saka, diketahui nama tanah perdikan itu ialah Maha Samudra yang meliputi Dongko, Panggul, Munjungan, Prigi, dan Kampak. Kini, kelima desa itu masuk ke dalam wilayah administrasi kecamatan di Trenggalek. Dalam Bahasa Jawa Kuno (Kawi) wilayah perdikan disebut sebagai sima swatantra. Itulah muasal penamaan komunitas ini yang kemudian menyebut diri sebagai Perkumpulan Sima Swatantra Indonesia (SSI).
Sejak 2015, Perkumpulan SSI memiliki fokus kegiatan untuk mengidentifikasi wilayah tinggal mereka yang sebagian besar merupakan wilayah karst. Kemudian, mereka mengetahui ada satu izin usaha pertambangan (IUP) untuk kegiatan pertambangan emas pada lahan seluas 29.969 hektar di wilayah mereka. Bersama dengan 25 organisasi masyarakat sipil (OMS) di Trenggalek, mereka membentuk Aliansi Rakyat Trenggalek (ART) guna menghalau pengrusakan ekologi oleh kegiatan ekstraksi pertambangan emas itu.
Dalam situasi pelik dalam memperjuangkan kelestarian ruang hidup itu mereka menghadapi persoalan lain, yaitu ekonomi anggota komunitas. Selama ini, operasional komunitas berjalan atas dasar swadaya anggota. Namun, dengan mayoritas anggota yang berprofesi sebagai petani atau pekebun dan fokus misi komunitas yang berhadapan langsung dengan kepentingan modal besar terbukti cukup menyulitkan gerak mereka.
Oleh sebab itu Perkumpulan SSI memanfaatkan Pendanaan Langsung Nusantara Fund untuk membangun kekuatan ekonomi anggotanya melalui peternakan domba. Domba dipilih karena perawatannya relatif mudah, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, dan bisa bertahan di daerah kering seperti Trenggalek. Agar program ini berhasil, masyarakat juga mendapatkan pelatihan teknis tentang manajemen peternakan, kesehatan hewan, dan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.
Rencananya, dari pengelolaan ternak domba itu akan ada pembagian hasil yang dapat menunjang operasional komunitas. Besaran pembagian yang mereka rencanakan: 60% untuk pengelola, 20% untuk tambahan modal, dan 20% masuk ke kas organisasi. Sampai program ini usai, rencana bagi hasil itu belum terealisasi lantaran indukan domba baru akan menghasilkan anakan selama delapan bulan sementara durasi program berjalan maksimal 6 bulan.
Untuk pembangunan kandang, Perkumpulan SSI melibatkan jaringan komunitas di ART. Kandang itu dibangun di atas lahan seluas 2 hektar. Mereka memastikan material kandang dapat bertahan setidaknya dalam jangka waktu 10 tahun. Kandang yang dibangun memiliki kapasitas yang mampu menampung 100 ekor domba dengan persentase 70% indukan dan 30% anakan. Dana dari Nusantara Fund cukup untuk mengadakan 25 ekor indukan. Sebelum pembangunan kandang, masyarakat dan pemerintah desa terkesan meremehkan upaya Perkumpulan SSI. Namun, sikap itu berubah menjadi apresiasi setelah mereka berhasil membangun kandang dan mendatangkan indukan domba. Perubahan sikap itu mendorong kepercayaan diri mereka untuk mengelola peternakan domba.
Program peternakan domba itu akan secara langsung memberikan dampak kepada 21 orang anggota Perkumpulan SSI. Keberadaan peternakan domba itu juga akan memberikan dukungan finansial kepada operasional organisasi. Dengan begitu aktivitas advokasi terkait ancaman pengrusakan ekologi dan budaya oleh pertambangan juga akan memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat dan Pemerintahan Trenggalek.