![S2031K1 [Rukun Tani Indonesia] S2031K1 [Rukun Tani Indonesia]](https://nusantarafund.org/wp-content/uploads/elementor/thumbs/S2031K1-Rukun-Tani-Indonesia-r34y1gvf5jr0qhclxkozjes7qvxufndgwkd3vdlv74.jpg)
Rukun Tani Indonesia
Program
Penguatan Produksi Benih dan Pembentukan Koperasi Benih
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Benih Kentang Unggul Petani Dieng dan Usaha Beras Petani Gunung Kidul
Rukun Tani Indonesia (RTI) adalah organisasi tani yang berdiri sejak 2010 di Sleman, Yogyakarta. Saat ini, RTI mendampingi petani di dua lokasi utama, yakni dataran tinggi Dieng dan Gunung Kidul. Di Dieng, petani fokus pada kentang, sedangkan di Gunung Kidul petani mengelola lahan untuk padi. Kedua wilayah ini menghadapi kesulitan berbeda: petani Dieng kesulitan mendapatkan benih kentang berkualitas, sementara petani Gunung Kidul membutuhkan penguatan produksi.
Dua kesulitan dipecahkan oleh RTI dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund. Fleksibilitas Pendanaan Langsung Nusantara Fund memungkinkan komunitas untuk mengembangkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan spesifik masing-masing. Fleksibilitas memastikan bahwa setiap pendanaan langsung benar-benar tepat guna dan membawa manfaat bagi komunitas.
Petani kentang di dataran tinggi Dieng, salah satu basis utama dampingan RTI, kesulitan mendapatkan benih unggul dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Selama ini, mereka menggunakan umbi sebagai, metode yang memiliki banyak kelemahan: biaya tinggi, rentan penyakit, serta risiko penyebaran bakteri. Akibatnya, panen tidak optimal dan biaya produksi sering lebih tinggi dari hasil, ujungnya merugi.
Untuk mengatasi masalah ini, RTI memberikan pelatihan kultur jaringan guna menghasilkan benih stek mini kentang sehat dan bebas virus. Teknik ini menggunakan batang muda dari kultur jaringan yang ditanam dalam media steril di greenhouse. Media tanamnya organik, berasal dari sabut kelapa, diperkaya mikroorganisme seperti Trichoderma, dan disterilkan agar bebas virus.
Kelebihan dari kultur jaringan adalah tanaman dapat diperbanyak setiap saat tanpa tergantung musim karena dilakukan di ruang tertutup, daya multiplikasinya tinggi, tanaman yang dihasilkan seragam, dan bebas penyakit terutama bakteri dan cendawan serta bebas dari virus (Sakya et al., 2002). Biaya produksi juga jauh lebih rendah karena tidak membutuhkan umbi besar untuk perbanyakan, cukup dengan stek dari tanaman induk.
Bersama petani, RTI juga membangun greenhouse khusus yang memenuhi standar Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Green house mampu menampung 2000 stek mini yang akan menghasilkan 15.000 biji benih kentang bebas virus generasi ke nol (belum pernah ditanam). Benih kentang akan ditanam di lahan seluas 1 hektar, yang diproyeksikan mampu menghasilkan 16 ton kentang dan 4 ton benih. Selain itu, koperasi benih dibentuk untuk memastikan akses berkelanjutan Petani Dieng ke benih kentang berkualitas dengan harga terjangkau.
Selain mendukung petani di Dieng, RTI juga mendampingi 100 kepala keluarga petani beras ketan dan beras merah di Gunung Kidul. Pola produksi pertanian sebagian besar petani di wilayah adalah sistem subsisten. Mereka hanya menanam untuk konsumsi sendiri dan keluarga, sehingga fokus RTI adalah memastikan petani dampingan memiliki cukup pangan sebelum masuk ke penjualan hasil panen.
RTI mendorong petani untuk mengembangkan usaha tani secara bertahap. Salah satu langkah awal adalah memberikan modal usaha sebesar Rp2 juta serta menyediakan alat pengemasan beras, seperti mesin vacuum dan mesin jahit karung. Selain itu, petani didampingi dalam menyusun rencana usaha serta membangun mekanisme pengelolaan beras ketan dan beras merah agar lebih berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, RTI tidak hanya membantu petani meningkatkan produktivitas, tetapi juga membuka peluang untuk pengembangan usaha beras.