
Solidaritas Perempuan (SP) Anging Mammiri
Program
Pemulihan Hak Ekonomi Perempuan akibat Dampak Perampasan Ruang Hidup dan Ruang Kelola Nelayan di Kota Makassar
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Merebut Kembali Ruang Hidup Perempuan Nelayan: Solidaritas Perempuan (SP) Anging Mammiri
Perempuan nelayan di pesisir Kota Makassar menghadapi ancaman serius terhadap ruang hidup dan sumber penghidupan mereka akibat pembangunan Pelabuhan Makassar New Port (MNP). Proyek reklamasi ini telah menimbun wilayah kelola perempuan nelayan dan masyarakat pesisir tanpa persetujuan, merampas akses mereka terhadap ruang tangkap tradisional. Akibatnya, perempuan nelayan dan komunitas pesisir kehilangan jaring ekonomi yang selama ini menopang kehidupan mereka.
Sejak aktivitas pembangunan MNP, pendapatan ekonomi keluarga nelayan tradisional dan perempuan pesisir anjlok drastis. Jika sebelumnya hasil tangkap bisa mencapai Rp150.000 hingga Rp500.000 per hari, pasca reklamasi mereka hanya memperoleh sekitar Rp25.000 per hari, bahkan kerap tidak menghasilkan apa-apa.
Solusi yang ditawarkan pun jauh dari harapan. Program CSR seperti koperasi simpan pinjam, sunat massal, pembangunan dermaga, hingga program sampah tukar uang, gagal menjawab persoalan mendasar yang dihadapi oleh nelayan tradisional dan perempuan pesisir. Sebaliknya, program-program tersebut justru berpotensi memicu perpecahan di tengah komunitas.
Di tengah kesulitan ini, Solidaritas Perempuan (SP) Anging Mammiri memulai langkah pemulihan ekonomi dengan pendekatan ekonomi solidaritas untuk Perempuan Nelayan. Dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund, SPAM menyelenggarakan pelatihan pengolahan hasil laut bagi perempuan nelayan di Kelurahan Tallo, Cambaya, dan Buloa.
Melalui pelatihan tersebut, perempuan nelayan belajar mengolah hasil tangkapan lokal menjadi produk bernilai tambah seperti sambal kepiting, abon ikan, keripik rumput laut, dan sambal kerang. Pengolahan tidak hanya memperpanjang umur simpan hasil laut dan menambah nilai jual, tetapi juga membuka potensi akses baru ke pasar.
Selain keterampilan teknis, peserta pelatihan juga diperkenalkan pada prinsip-prinsip ekonomi solidaritas. Pendekatan ini menjadi pembeda dari ekonomi pasar yang cenderung kompetitif dan eksploitatif. Melalui forum belajar bersama, perempuan diajak merefleksikan peran mereka dalam komunitas dan potensi ekonomi yang bisa dibangun dari bawah, sedikit demi sedikit melepaskan ketergantungan pada struktur ekonomi formal yang seringkali timpang dan tak berpihak pada perempuan.
Sebagai bagian dari penguatan kolektif, SP Anging Mammiri juga memfasilitasi pembentukan koperasi perempuan Baine Sikamaseang. Arti dari nama koperasi ini adalah Perempuan Mengasihi Perempuan, inilah model ekonomi solidaritas yang ingin dibangun, dimana perempuan saling menguatkan dan membangun jejaring solidaritas di tengah ragam tantangan dan tekanan sosial ekonomi yang pasti akan terus dihadapi.
Koperasi Baine Sikamaseang menjadi wadah perempuan nelayan untuk memperkuat posisi tawar mereka dalam rantai pasok serta memastikan hasil usaha kolektif dikelola secara adil dan berkelanjutan. Dari 87 perempuan terlibat dalam pelatihan, 20 di antaranya kini telah menjadi pengurus koperasi, memimpin jalannya produksi sekaligus memperkuat jaringan pemasaran. Koperasi Baine Sikamaseang sekarang telah memproduksi dan memasarkan berbagai olahan hasil laut, salah satunya produk sambal kepiting dan sambal kerang dengan merek Sambal Pesisir, hasil kreasi perempuan juang dari Tallo dan Cambaya.