TOTAL DANA AGUSTUS 2023 - JULI 2024

$250,000

Institutional Support

TOTAL DANA OKTOBER 2024 - SEPTEMBER 2029

$5,000,000

General Support

TOTAL DANA 2023 - 2024

$300,000

Re-Granting

TOTAL DANA 2023 - 2025

$500,000

Re-Granting - General Support

TOTAL DANA 2024 - 2026

$2,500,000

Re-Granting - Core Support - Endowment

Alokasi Dana Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal Penting Bagi Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Kompas.id – Konferensi Para Pihak Ke-16 atau COP 16 tentang Keanekaragaman Hayati yang sedang berlangsung sejak 21 Oktober hingga 1 November 2024 di Cali, Columbia membahas agenda penting salah satunya adalah pendanaan langsung untuk Masyarakat Adat dan komunitas lokal sebagai salah satu elemen penting dalam perjuangan melestarikan keanekaragaman hayati dan keberlanjutan lingkungan. Farah Sofa (Kompas,29/10/2024), Program Officer Ford Foundation menyatakan hilangnya keanekaragaman hayati adalah salah satu permasalahan yang paling mendesak karena mempunyai konsekuensi besar terhadap ekosistem, perekonomian, dan kesejahteraan manusia. Pada 2023, hasil riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Laporan Living Planet 2022 dari World Wide Fund for Nature (WWF) pada 2023, menunjukkan kondisi keanekaragaman hayati Indonesia mengkhawatirkan dan membutuhkan solusi untuk menjaga dan mempertahankannya.

Menurut Farah Sofa, selama beberapa dekade, Masyarakat Adat dan komunitas lokal memliki peran utama dalam upaya perlindungan keanekaragaman hayati yang tinggi melalui penjagaan wilayahnya berdasarkan pengetahuan dan praktik tradisionalnya. Namun, Masyarakat Adat dan komunitas lokal kerap mengalami kekurangan sumber daya untuk melindungi wilayahnya secara efektif.

Dana Masyarakat Adat Xingu di hutan hujan Amazon, misalnya, telah memperkuat Masyarakat Adat untuk berpatroli di tanah mereka, mendokumentasikan perubahan keanekaragaman hayati, dan mengembangkan praktik pengelolaan sumber daya berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya melindungi hutan hujan tropis, tetapi juga merevitalisasi budaya masyarakat adat.

Nusantara Fund yang merupakan inisiatif tiga lembaga gerakan besar di Indonesia AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), KPA (Konsorsium Pembaruan Agraia), dan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dibangun dengan tujuan mendukung inisiatif Masyarakat Adat dan komunitas lokal seperti Petani, Nelayan, Perempuan, Generasi Muda dalam memperjuangkan hak-hak dan meningkatkan kualitas hidup dengan tata kelola sumber daya alam, sumber agraria, dan lingkungan hidup yang mandiri, berkeadilan sosial dan berkelanjutan. Contoh nyata dari Petani Kopi Desa Ibun, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menunjukkan proses pengolahan biji kopi yang dihasilkan dari perhutanan sosial yang mereka kelola menerima program uji coba Dana Nusantara sejak Desember 2022. Contoh lainnya, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Bayang Bungo, Sumatera Barat, yang merupakan komunitas penerima Dana Nusantara tahun 2024. Warga Bayang Bungo mengembangkan produk turunan tanaman hutan berupa sirup pala.

Farah Sofa menyatakan bahwa Dana Nusantara memiliki keunggulan yang membedakannya dari skema pendanaan lain.  Pertama, pemahaman mendalam atas lahan dan tantangan keanekaragaman hayati spesifik memungkinkan mereka menerapkan solusi yang efektif. Kedua, rasa memiliki dalam pengelolaan dana mendorong praktik berkelanjutan. Ketiga, dana ini membangun kepercayaan dengan menjembatani hubungan antara organisasi internasional dan pemangku kepentingan lokal. Keempat, dana ini memperkuat komunitas untuk berperan aktif dalam upaya konservasi. Kelima, pengelolaan langsung oleh masyarakat memperkuat kesetaraan dan ekonomi yang lebih adil melalui kepemilikan serta tata kelola bersama.

Scroll to Top