Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia(BPRPI)
Program
Pengembangan Kolam Ikan Air Tawar di Tanah Adat BPRPI Kampong Klambir Kec.Hamparan Perak Kab. Deli Serdang
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Menjaga Tanah Adat, Masyarakat Adat Rakyat Penunggu Kampong Klambir Mengembangkan Ekonomi Kolektif
Kehidupan masyarakat Kampung Klambir terbilang sederhana. Mereka mengandalkan lahan pertanian sayur-sayuran, yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi tidak cukup untuk meningkatkan kesejahteraan secara signifikan. Pada tanggal 2 Februari 2024, Masyarakat Adat Kampung Klambir mengadakan musyawarah untuk memutuskan program yang akan mereka laksanakan dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund. Dalam musyawarah ini, mereka sepakat untuk membentuk tim kerja yang melibatkan semua warga untuk membangun unit usaha ekonomi kolektif. Kegiatan mencakup pembuatan lima kolam air tawar yang dapat menampung 5.000 bibit ikan patin, serta peternakan bebek dan pertanian yang dikelola oleh para perempuan di Tanah Adat Rakyat Penunggu Kampung Klambir, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang.”
Kini, lima kolam ikan patin telah berfungsi dengan baik. Setiap kolam, dengan ukuran 4 x 6 meter, mampu menampung ribuan bibit ikan. Pengelolaan kolam dilakukan secara gotong royong oleh anggota kelompok. Agar pengelolaan bisa berlanjut, mereka juga mengikuti pelatihan pembuatan pakan ikan dengan Pak Mili Suryanto sebagai narasumber. Pelatihan ini sangat berguna, dengan 25 peserta belajar cara membuat pakan ikan yang berkualitas dengan biaya lebih terjangkau dibandingkan membeli pakan pabrikan.
Namun, seperti biasa, setiap usaha pasti ada tantangan. Muncul bau tak sedap dari ikan kering yang menjadi bahan pakan, sehingga BPRPI Kampung Klambir beralih ke budidaya Azolla (rumput paku air) sebagai alternatif pakan yang lebih ramah lingkungan dan mudah dikembangkan. Selain itu, masalah lain muncul saat musim kemarau ketika air kolam berkurang drastis, sementara pada musim hujan, air melimpah dan meluber. Untuk mengatasi hal ini, mereka membeli mesin pompa air yang membantu mengatur level air di kolam.
Sebagian anggaran juga dialihkan untuk peternakan bebek dan pertanian yang dikelola oleh perempuan. Mereka memanfaatkan lahan seluas 1.200 meter persegi untuk menanam kemangi, dan kandang bebek telah dibangun untuk menampung 50 bibit bebek. Inisiatif ini memberikan ruang bagi perempuan untuk berkontribusi dan mengekspresikan ide serta gagasan mereka dalam upaya menciptakan kemandirian ekonomi.
Dengan adanya program budidaya ikan patin, semangat gotong royong masyarakat Kampung Klambir semakin meningkat. Mereka lebih sering berkumpul untuk saling membantu dalam pengelolaan kolam ikan, perawatan tanaman, dan ternak. Hasil dari penjualan ikan patin dan usaha pertanian perempuan akan digunakan untuk pelatihan peningkatan kapasitas kader muda BPRPI, sebagai bagian dari proses kaderisasi yang berkelanjutan. Harapan mereka adalah usaha kolektif ini tidak hanya meningkatkan perekonomian masyarakat, tetapi juga memperkuat gerakan masyarakat adat, dan mendorong lahirnya kader-kader baru yang tangguh.
Menurut data dari laporan FAO (Food and Agriculture Organization) Tahun 2023, model ekonomi kolektif mampu meningkatkan produktivitas hingga 30% lebih tinggi dibandingkan usaha individual berkat pembagian tugas yang lebih efisien dan penggunaan sumber daya yang lebih optimal. Selain itu, penerapan sistem pembagian hasil yang adil, setiap anggota merasakan dampak langsung dari kerja keras mereka, sehingga meningkatkan motivasi dan rasa memiliki terhadap usaha yang dijalankan. Keuntungan usaha juga dapat dibagi untuk mendukung kepentingan komunitas, seperti pelatihan, peningkatan kapasitas, pemeliharaan infrastruktur, dan pengembangan usaha baru.
Melalui usaha kolektif, masyarakat tidak hanya mendapatkan manfaat ekonomi, tetapi juga membangun solidaritas dan kepercayaan antar anggota. Karena itulah ekonomi kolektif juga terbukti cenderung lebih tahan terhadap krisis karena didukung oleh kontribusi dan dukungan kolektif anggota, yang membuat usaha tidak mudah goyah saat menghadapi tantangan seperti fluktuasi harga pasar atau dampak perubahan iklim.
Dukungan Nusantara Fund untuk program ini bukan hanya tentang menggerakkan roda ekonomi Masyarakat Adat, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana adaptasi, kerja keras, dan gotong royong Masyarakat Adat mampu menciptakan perubahan, baik untuk kesejahteraan maupun keberlanjutan lingkungan.
Kampong Klambir membuktikan bahwa dengan mengoptimalkan potensi lokal dan memanfaatkan dukungan eksternal secara tepat guna sesuai dengan prioritas dan kebutuhan mereka, mereka mampu menciptakan sumber penghasilan alternatif sekaligus menggalang solidaritas gerakan masyarakat adat. Pada waktunya kelak, ekonomi kolektif ini pasti akan menjadi pendukung kuat yang memastikan keberlanjutan mereka dalam menjaga tanah adat.