
Komunitas Masyarakat Adat Kampung Manggusta
Program
Pengembangan Usaha Pengolahan Bahan Baku Lokal untuk Diolah Menjadi Produk Bernilai Tambah
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Limbah Jagung dan Kesejahteraan Ekonomi: Model Inovatif dari Kampung Manggusta
Komunitas Masyarakat Adat Kampung Manggusta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, adalah komunitas masyarakat adat yang mengelola kekayaan alam di wilayahnya untuk mendukung kesejahteraan dan keberlanjutan lingkungan. Selama bertahun-tahun, komunitas telah berusaha mempertahankan praktik-praktik tradisional dalam mengelola sumber daya alam dengan bijaksana, menciptakan keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian.
Dalam upaya memperkuat ekonomi lokal dan meminimalkan limbah, mereka menggagas program inovatif untuk mengolah limbah jagung (batang dan bonggol) menjadi produk bermanfaat, yaitu pakan ternak dan kompos. Gagasan ini terwujud dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund. Program diawali dengan beberapa persiapan penting, termasuk pengadaan mesin dan pelatihan anggota komunitas dalam penggunaan peralatan.
Langkah pertama adalah mencari mesin pengolah bonggol dan batang jagung menjadi produk bernilai tambah, yaitu pakan ternak dan kompos. Namun, ketiadaan mesin yang sesuai di pasaran menjadi tantangan awal yang harus diatasi. Komunitas kemudian berinisiatif untuk bekerja sama dengan bengkel lokal, sebuah usaha mikro kecil menengah (UMKM), untuk merakit mesin pengolah bonggol jagung dan mesin pencacah rumput sesuai kebutuhan.
Setelah mesin selesai dirakit dan tiba di lokasi, sesi uji coba dilakukan untuk memastikan mesin berfungsi sesuai harapan. Tahap uji coba dilakukan dengan memasukkan sekitar 500 kilogram bonggol dan batang jagung ke dalam mesin. Dalam uji coba terbukti bahwa mesin pengolah mampu menggiling bonggol jagung menjadi serpihan kecil yang ukurannya ideal untuk pakan ternak. Dalam sesi ini, anggota komunitas mengamati dan mencatat setiap detail, termasuk kapasitas mesin dan hasil penggilingan, untuk memahami efisiensi dan efektivitas alat dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak secara berkelanjutan.
Selama proses, beberapa anggota komunitas yang menjadi operator mesin mendapatkan pelatihan langsung mengenai pengoperasian dan perawatan mesin agar tetap prima meski digunakan jangka panjang. Setelah tahap uji coba mesin selesai, komunitas melanjutkan proses uji coba pembuatan kompos dengan memanfaatkan limbah organik sekitar seperti: batang jagung, rumput, batang pisang, dan pelepah sawit.
Proses pembuatan kompos dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dengan pencacahan bahan organik menggunakan mesin pencacah. Setelah itu, bahan yang sudah dicacah dicampur dan disimpan dalam wadah untuk proses fermentasi alami. Selama beberapa minggu, kompos dibiarkan matang dengan pemantauan berkala dari anggota komunitas yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kompos. Dari pengolahan, komunitas berhasil menghasilkan pupuk organik siap pakai seberat 2 ton. Pupuk organik kemudian didistribusikan kepada petani lokal dan digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah dalam budidaya sayuran.
Selain produksi, program mencakup kegiatan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan anggota komunitas mengenai pengelolaan limbah secara berkelanjutan. Setiap anggota yang terlibat dalam pengolahan pakan ternak dan kompos mendapatkan pemahaman tentang prinsip daur ulang dan pemanfaatan limbah organik untuk mengurangi ketergantungan pada bahan pakan dan pupuk kimia. Anggota komunitas juga belajar cara membuat rencana produksi sederhana, termasuk pengelolaan bahan baku dan distribusi hasil akhir.
Model usaha kelompok seperti ini, memberi dampak ekonomi langsung pada anggota. Dimana keuntungan dari penjualan pakan ternak dan kompos dibagi di antara anggota kelompok berdasarkan sistem bagi hasil yang telah disepakati bersama. Selain meningkatkan pendapatan individu, solidaritas komunitas juga menguat karena setiap anggota merasa memiliki peran penting dalam keberhasilan usaha. Hasil penjualan sebagian juga dialokasikan untuk pengembangan usaha, seperti: penggantian peralatan, pembelian bahan baku tambahan, dan pelatihan lanjutan untuk anggota baru.
Dengan memanfaatkan limbah jagung yang sebelumnya teronggok jadi jadi sampah, Komunitas Masyarakat Adat Kampung Manggusta telah menunjukkan bahwa sumber daya lokal dapat dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan ekologis. Pengolahan bonggol dan batang jagung menjadi produk bernilai tinggi menciptakan siklus produksi minim limbah, yang artinya mengurangi beban pada ibu bumi. Kompos dihasilkan membantu memperbaiki kualitas tanah dan mendukung praktik pertanian ramah lingkungan, sementara pakan ternak berbahan dasar limbah jagung memberikan alternatif bagi peternak lokal untuk meningkatkan produktivitas dengan biaya lebih rendah.