TOTAL DANA AGUSTUS 2023 - JULI 2024

$250,000

Institutional Support

TOTAL DANA OKTOBER 2024 - SEPTEMBER 2029

$5,000,000

General Support

TOTAL DUKUNGAN DANA $800,000

Agustus 2023 - September 2024 ( $300,000 )
Februari 2025 - Juli 2026 ( $500,000 )

Pendanaan Langsung ( Re-Granting )

TOTAL DUKUNGAN DANA 2023 - 2025

$550,000

Re-Granting - General Support

TOTAL DANA 2024 - 2026

$2,500,000

Re-Granting - Core Support - Endowment
Pembentukan Tim Kecil BUPDA-02

Desa Adat Tigawasa

Program

Penguatan Ekonomi Desa Adat melalui Badan Usaha Pedruwen Desa Adat

Organisasi Pendamping
AMAN
Lokasi
Buleleng, Bali
Pendanaan Langsung
Rp95.400.000,-
Periode
Mulai
01/02/2024
Berakhir
30/07/2024
Target
Ekonomi berkeadilan dan berkelanjutan, selaras dengan prinsip-prinsip Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal
Status
Selesai

Bagikan ke :

Facebook
WhatsApp
X

Bambu Penopang Kedaulatan Ekonomi Masyarakat Adat Desa Tigawasa, Bali

Komunitas Masyarakat Adat Desa Tigawasa, yang terletak di Kabupaten Buleleng, Bali, adalah komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi, semangat kemandirian terasa kental disini . Desa ini terkenal akan kerajinan bambu yang menjadi sumber ekonomi sekaligus identitas budaya. Selama bertahun-tahun, mereka telah mengelola sumber daya alam dan ekonomi lokal mereka dengan seimbang, menjaga kelestarian alam sembari memastikan kesejahteraan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, komunitas Masyarakat Adat Tigawasa menyadari perlunya pengelolaan yang lebih terstruktur dan kolektif untuk memperkuat ekonomi lokal secara berkelanjutan. Sebagai langkah strategis mereka memutuskan untuk mendirikan Badan Usaha Pedruwen Desa Adat (BUPDA) Tigawasa Mesari sebagai wadah pengelolaan ekonomi mandiri dan terorganisir.

Dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund dan PW AMAN Bali, BUPDA Tigawasa Mesari didirikan untuk menjadi pusat ekonomi desa dengan pengelolaan kolektif. Badan usaha dirancang sebagai sarana untuk mengelola produksi dan pemasaran kerajinan bambu, serta mengoordinasikan penyediaan bahan baku untuk para perajin lokal. Sebanyak 40 orang, terdiri dari tokoh masyarakat, Para Ulu, Prajuru Desa Adat, Kelian, Kadus, dan perwakilan masyarakat Desa Adat Tigawasa turut berperan aktif dalam pembentukan BUPDA.

Program pengembangan BUPDA Tigawasa Mesari di Desa Tigawasa dimulai dengan berbagai persiapan melibatkan masyarakat adat dan tokoh-tokoh penting desa. Mereka menyusun struktur organisasi mencakup posisi pengawas, pengurus, dan tim litbang, kemudian disahkan melalui Surat Keputusan (SK) Pembentukan BUPDA. Selain itu, pararem atau peraturan adat juga ditetapkan sebagai landasan hukum BUPDA, sebagai pedoman dalam mengelola kegiatan usaha agar sejalan dengan prinsip-prinsip adat.

Secara bersama-sama pula, anggota BUPDA mendirikan toko sebagai pusat distribusi di mana kerajinan bambu dari para perajin lokal dikumpulkan, disimpan, dan siap untuk didistribusikan ke pasar lebih luas. Kegiatan utama BUPDA pada tahun pertama adalah memastikan pasokan bahan baku bambu berkualitas tinggi tersedia bagi para perajin, harga juga menjadi lebih terjangkau. Dengan sistem pengadaan bahan baku kolektif., BUPDA mampu membeli bambu dalam jumlah besar, tidak hanya menurunkan biaya bagi perajin tetapi juga menjaga kualitas bahan. Para perajin yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan bambu berkualitas kini terbantu dengan adanya pengorganisiran bahan baku, sehingga mereka dapat fokus pada proses pembuatan kerajinan tanpa kekhawatiran akan kelangkaan bahan baku berkualitas.

BUPDA juga fokus pada pemasaran produk. Untuk mendukung pemasaran, tim BUPDA mengembangkan strategi promosi melalui penyebaran informasi di komunitas-komunitas terdekat dan memperluas jaringan pemasaran hingga tingkat kabupaten. Dalam proses ini, anggota BUPDA dilatih untuk berinteraksi langsung dengan konsumen, memahami kebutuhan pasar, dan memperbaiki kualitas produk kerajinan bambu agar sesuai dengan preferensi pembeli. BUPDA berperan sebagai perantara bagi pengrajin yang ingin menjual produk mereka tetapi menghadapi keterbatasan dalam hal distribusi dan promosi.

Untuk lebih meningkatkan efektivitas operasional, BUPDA mengadakan pelatihan khusus dalam manajemen dan pengelolaan usaha untuk anggota. Mereka belajar cara-cara menyusun rencana produksi, mengelola keuangan usaha, serta teknik pencatatan transaksi agar setiap pemasukan dan pengeluaran tercatat dengan jelas dan transparan. Pelatihan memperkuat keterampilan anggota dalam mengelola usaha dan membangun kepercayaan antara BUPDA dan Masyarakat Adat Tigawasa, karena setiap proses dan alur kerja dilakukan dengan penuh transparansi. Para pengurus BUPDA juga didorong untuk melakukan evaluasi berkala terhadap performa usaha dan pemasaran produk, agar mereka dapat terus beradaptasi dengan dinamika pasar dan menyesuaikan strategi pemasaran.

Dengan adanya BUPDA, masyarakat adat mulai melihat manfaat dari pengelolaan ekonomi secara kolektif, manfaatnya lebih besar dibanding pengelolaan secara individu yang sebelumnya banyak digunakan. Mereka menyadari bahwa dengan bekerja sama, pengelolaan dapat dapat lebih stabil dan berkelanjutan. Sistem ekonomi kolektif mengajarkan masyarakat pentingnya tanggung jawab sepenanggungan bersama, di mana setiap anggota ambil peran dalam keberhasilan usaha bersama.

Pembentukan BUPDA Tigawasa Mesari menjadi langkah strategis dalam mendukung kemandirian dan keberlanjutan Masyarakat Adat. Masyarakat Adat Tigawasa melakukan praktik pengelolaan yang bertanggung jawab dan efisien terhadap sumber daya lokal, seperti bambu yang dipanen dan dikelola dengan titik berat pada keberlanjutan lingkungan. Dengan pengelolaan kolektif terorganisir, BUPDA Tigawasa Mesari berhasil menunjukkan bahwa pendekatan ekonomi kolektif berbasis kearifan lokal dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tanpa harus mengorbankan kelestarian alam dan budaya.

Scroll to Top