
Serikat Petani Pasundan
Program
Membangun Balai Pendidikan Akademi Reforma Agraria Sejati (ARAS) Siti Halimah Serikat Petani Pasundan (SPP) sebagai Pusat Gerakan Perempuan Pejuang Reforma Agraria
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Gerakan Agraria Inklusif: Penguatan Peran Perempuan dalam Gerakan Reforma Agraria
Serikat Petani Pasundan (SPP) adalah sebuah komunitas petani dari empat kabupaten di Jawa Barat, yaitu Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Pangandaran yang didirikan untuk memperjuangkan hak-hak agraria bagi para petani. Dalam struktur keanggotaan SPP, terdapat peran signifikan dari kaum perempuan, tidak hanya berperan dalam kegiatan pertanian sehari-hari tetapi juga dalam kegiatan advokasi dan edukasi agraria.
Untuk memperkuat keterlibatan perempuan dalam gerakan agraria, SPP dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund memulai proyek pembangunan gedung ARAS Siti Halimah sebagai pusat pendidikan dan konsolidasi bagi kader-kader perempuan anggota Serikat Petani Pasundan (SPP).
Pembangunan Gedung ARAS Siti Halimah diinisiasi dengan musyawarah bersama anggota Serikat Petani Pasundan (SPP) dari empat kabupaten di Jawa Barat, yaitu Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Pangandaran. Musyawarah menghadirkan perwakilan perempuan, pemuda, dan pengurus setiap organisasi tani lokal (OTL) untuk mencapai kesepakatan tentang tata cara pelaksanaan pembangunan. Setiap peserta musyawarah memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan ide mereka, sehingga menghasilkan kesepakatan bersama atas rencana pembangunan.
Setelah tahap perencanaan selesai, langkah pertama adalah pemilihan lokasi dan persiapan lahan. Lokasi dipilih berada di Dusun Sindangsari, Desa Kalijaya, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis. Tahap persiapan lahan melibatkan pembersihan lahan secara menyeluruh, dilakukan secara gotong royong oleh anggota SPP. Kegiatan persiapan berlangsung selama dua minggu. Setiap anggota secara bergantian mengerjakan berbagai tugas, seperti mengumpulkan sampah, mengangkut tanah, dan memadatkan area pembangunan.
Setelah lahan siap, proses pembangunan fisik gedung dimulai dengan pemasangan fondasi. Kondisi kontur tanah tidak merata mengharuskan pembangunan fondasi setinggi 1,5 meter. Fondasi didesain agar mampu menahan beban gedung dan memastikan keamanan jangka panjang. Pengerjaan fondasi dilakukan oleh tukang bangunan profesional yang dibantu oleh anggota komunitas, sekaligus belajar tentang teknik dasar konstruksi.
Pembangunan berlanjut ke tahap pemasangan dinding dan atap gedung. Material bangunan seperti bata, semen, dan kayu dibeli dari pemasok setempat untuk mendukung perekonomian lokal. Pada tahap ini, dinding gedung mulai didirikan secara bertahap, diikuti dengan pemasangan rangka atap. Anggota yang memiliki keterampilan di bidang pertukangan memainkan peran penting dalam memastikan kualitas pemasangan dinding dan atap. Mereka memastikan bahwa dinding dibangun dengan kokoh dan atap dipasang dengan baik untuk melindungi gedung dari cuaca ekstrem. Lapisan anti-air diterapkan pada dinding dan atap untuk meningkatkan ketahanan gedung terhadap perubahan cuaca.
Selain pembangunan fisik, persiapan dilakukan untuk menyusun kurikulum pendidikan ARAS Siti Halimah. Kurikulum dirancang oleh kader perempuan pejuang agraria yang telah malang melintang dalam advokasi hak tanah dan agraria, dengan fokus utama pada pendidikan hak-hak agraria, teknik advokasi, serta pengelolaan lahan berkelanjutan. Selama proses penyusunan kurikulum, diskusi-diskusi antara para perempuan kader SPP terus berlangsung untuk memastikan bahwa materi pelatihan akan mencakup semua aspek yang relevan bagi perempuan dalam gerakan agraria. Kurikulum juga mencakup pelatihan praktis dalam teknik pertanian berkelanjutan, di mana para peserta akan mempelajari cara-cara meningkatkan hasil pertanian tanpa merusak tanah dan ekosistem.
SPP juga menyediakan lahan demplot untuk mendukung pelatihan praktis pertanian di luar ruang kelas. Demplot berfungsi sebagai lahan percontohan di mana para peserta dapat menguji coba keterampilan yang mereka pelajari selama pelatihan, seperti teknik budidaya tanaman ramah lingkungan dan penggunaan pupuk organik. Dengan demplot, peserta pelatihan memiliki kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan pertanian, memperdalam pemahaman mereka tentang pengelolaan lahan berkelanjutan, sekaligus mendapatkan pengalaman praktis untuk diterapkan di lahan pertanian masing-masing.
Pendirian gedung ARAS oleh SPP menciptakan fondasi kokoh bagi perempuan dalam memperjuangkan kedaulatan mereka atas tanah dan sumber daya alam. Disini, perempuan petani dari Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Pangandaran memiliki tempat untuk belajar mengenai hak-hak mereka atas tanah dan sumber daya alam. Mereka dilatih untuk berperan lebih aktif dalam menjaga dan memperjuangkan hak-hak agraria dan memperkuat kemandirian mereka dalam mengelola tanah yang menjadi sumber kehidupan.
Selain itu, melalui pelatihan dan pendidikan di ARAS Siti Halimah, perempuan mendapatkan pengetahuan agraria berharga, mulai dari pemahaman akan hak-hak mereka hingga keterampilan teknis untuk mengelola tanah dan sumber daya alam secara efisien dan berkelanjutan. Pendidikan memberikan perempuan kesempatan untuk mempertahankan akses mereka terhadap lahan dan sumber daya lokal, meningkatkan posisi mereka dalam struktur sosial ekonomi, serta membekali mereka untuk lebih mandiri dalam bidang agraria. Dengan ARAS Siti Halimah, SPP menciptakan ruang inklusif, di mana perempuan tidak hanya dilihat sebagai pendukung tetapi juga sebagai pemimpin dan pelaku utama dalam gerakan agraria.