TOTAL DANA AGUSTUS 2023 - JULI 2024

$250,000

Institutional Support

TOTAL DANA OKTOBER 2024 - SEPTEMBER 2029

$5,000,000

General Support

TOTAL DUKUNGAN DANA $800,000

Agustus 2023 - September 2024 ( $300,000 )
Februari 2025 - Juli 2026 ( $500,000 )

Pendanaan Langsung ( Re-Granting )

TOTAL DUKUNGAN DANA 2023 - 2025

$550,000

Re-Granting - General Support

TOTAL DANA 2024 - 2026

$2,500,000

Re-Granting - Core Support - Endowment
Komunitas Fakawele_

Komunitas Fakawele

Program

Peningkatan Kapasitas Anak Muda untuk Revitalisasi Pengetahuan Kampung Sagea

Organisasi Pendamping
AMAN
Lokasi
Halmahera Tengah, Maluku Utara
Pendanaan Langsung
Rp98.433.200,-
Periode
Mulai
05/02/2024
Berakhir
30/07/2024
Target
Hak & Pengakuan atas Wilayah Adat, Wilayah Kelola Rakyat, serta Lokasi Prioritas Reforma Agraria Sejati, Pusat Pendidikan Rakyat
Status
Selesai

Bagikan ke :

Facebook
WhatsApp
X

“Kehadiran industri ektraktif pertambangan menghadirkan tantangan baru atas keberlangsungan warisan budaya di Sagea, Halmahera Utara, Maluku Utara. Industri ektraktif ini sumbang andil atas pergeseran budaya yang mendalam di Sagea. Terjadi erosi bertahap dalam praktik tradisional, ritual, dan kebijaksanaan budaya terutama yang terhubung dengan alam. Bukan tidak mungkin pengetahuan dan budaya Sagea lambat laun akan musnah jika situasi ini dibiarkan”.

Menghadapi Tantangan Industri Ektraktif dengan Memperkuat Identitas dan Ketahanan Orang Muda di Sagea

Dalam bahasa Sawai, “Gae re gele neste rfaftote bo tajaga re tpalihara ite rir pnuw re boten e nje fafie” berarti menyampaikan pesan untuk generasi muda agar dengan tekun merawat dan melindungi kampung serta tanah mereka. Kebijaksanaan ini diwariskan turun temurun dari leluhur dan tertanam menjadi prinsip hidup dalam budaya masyarakat Sagea, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Namun, seiring waktu transfer pengetahuan budaya antar generasi semakin melemah.

Kehadiran industri pertambangan semakin memperparah situasi, bahkan mengancam keberlangsungan warisan budaya. Dalam 13 tahun terakhir, kehadiran perusahaan tambang telah secara signifikan mengubah pola pikir dan perilaku Masyarakat Sagea. Operasi IWIP, yang dimulai lima tahun lalu semakin mempercepat perubahan ini. Banyak penduduk kampung, termasuk beberapa tetua dan pemimpin komunitas, menjual tanah mereka kepada perusahaan.

Untungnya, masih ada beberapa yang tetap teguh menjaga tanah dari gempuran industri ekstraktif, bertahan dengan akar pertanian mereka. Bahkan, beberapa situs-situs sakral telah masuk dalam wilayah konsesi pertambangan. Belum lagi masuknya ribuan pekerja dari luar Sagea akan semakin menenggelamkan identitas budaya masyarakat Sagea. Di kalangan pemuda, godaan untuk bekerja di sektor tambang menjadi semakin menarik, banyak yang memilih bekerja segera setelah lulus SMA daripada melanjutkan pendidikan tinggi.

Industri ektraktif tentu sumbang andil atas pergeseran budaya di Sagea. Terjadi erosi bertahap dalam praktik tradisional, ritual, dan kebijaksanaan budaya terutama yang terhubung dengan alam. Bukan tidak mungkin pengetahuan dan budaya Sagea lambat laun akan musnah jika situasi ini dibiarkan. Perlu untuk sesegera mungkin terhubung  dengan serta melestarikan pengetahuan dan kebudayaan yang telah menopang cara hidup masyarakat Sagea selama beberapa generasi.

Menanggapi tantangan ini, orang muda Sagea berkomitmen dan berupaya untuk melindungi dan merevitalisasi pengetahuan dan kebudayaan sebelum hilang ditelan waktu. Upaya ini sangat penting, tidak hanya untuk pelestarian budaya tetapi juga untuk memperkuat identitas dan ketahanan komunitas dalam menghadapi tekanan industri ekstraktif. Maka, dua tahun yang lalu Komunitas Fakawele pun didirikan di Kampung Sagae.

Komunitas ini fokus pada dokumentasi budaya, pengembangan perpustakaan komunitas, dan memfasilitasi pendidikan komunitas di Sagea. Nama “Fakawele” berasal dari bahasa Sawai, berarti “memperbaiki atau memulihkan.” Salah satu inisiatif utama Fakawele adalah pembentukan Gerakan “Selamatkan Sagea” atau #SaveSagea, sebuah koalisi yang menggerakkan pemuda untuk melawan pengaruh industri tambang dan mendorong mereka untuk menghargai dan melindungi kampung mereka.

Dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund, Komunitas Fakawele melakukan tiga kegiatan utama pada rentang Februari – Juli 2024: Sekolah Relawan Kampung (SRK); Inventarisasi dan Dokumentasi Kearifan Lokal dan Pengetahuan Kampung, serta Peningkatan Prasarana Perpustakaan di markas Komunitas Fakawele. Tiga kegiatan ini dirumuskan dan disepakati bersama oleh komunitas untuk menjawab tantangan-tangan yang mereka hadapi sekaligus untuk mendukung gerakan “Selamatkan Sagea”.

Sekolah Relawan Kampung (SRK) dalam program ini adalah yang pertama kali dilakukan oleh Komunitas Fakawele. Sekolah Relawan Kampung diikuti oleh 23 peserta orang muda Sagea – sebagian besar baru lulus SMA – adalah untuk menjaring dan memfasilitasi orang muda Sagea belajar tentang hak-hak; meningkatkan kapasitas; dan mengukuhkan identitas mereka sebagai dengan temu-kenali kembali sejumlah pengetahuan leluhur di kampung. Peserta SRK seperti Isnain Fabanyo dan Alisna Ansar telah menyatakan bagaimana Sekolah Relawan Kampung telah mempertajam kesadaran mereka akan pentingnya melindungi lingkungan, budaya, dan sumber daya alam mereka dari ancaman industri tambang.

Kegiatan SRK mencakup sesi dalam ruangan dan luar ruangan, diakhiri dengan perjalanan lapangan ke situs-situs penting di daerah Sagea, seperti kuburan kuno, lokasi pengeringan ikan tradisional, dan tempat-tempat sakral di sekitar Danau Sagea. SRK kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penelitian untuk menginventarisir dan mendokumentasikan pengetahuan dan budaya Sagea seperti tradisi, ritual, mantera, obat-obatan tradisional, dan seni dilakukan.  Proses pengumpulan data melibatkan wawancara dengan orang tua, rekaman musik tradisional, pengumpulan peta dan foto-foto lama, serta pemetaan situs-situs sakral untuk pembuatan peta wilayah adat masyarakat Sagea.

Temuan-temuan data dan catatan budaya berharga termasuk materi tertulis, visual, audio, audiovisual, serta data spasial kemudian diproses menjadi artikel, booklet, dan lembar fakta untuk disebarkan melalui media sosial, situs web Komunitas Fakawele, dan pameran. Penyebaran pengetahuan adalah ruang untuk berbagi pengalaman dan wawasan yang diperoleh selama penelitian peserta tentang sejarah Kampung Sagea. Kegiatan ini juga menghasilkan modul-modul pendidikan yang akan menjadi sumber daya penting bagi komunitas dalam upaya mereka untuk melindungi dan mempertahankan kampung mereka.

Peningkatan infrastruktur perpustakaan komunitas di markas Fakawele melibatkan pengadaan peralatan penting, termasuk komputer, printer, meja, kursi, rak buku, dan papan tulis. Perpustakaan ini menyimpan koleksi 1.000 buku, peta lama, dan majalah, menjadi sumber daya vital bagi anggota komunitas, berfungsi sebagai pusat pembelajaran, diskusi, dan pelestarian pengetahuan Sagea. Inisiatif ini sejalan dengan tujuan Nusantara Fund untuk mendirikan “Pusat Pendidikan Rakyat,” untuk membangun; memulihkan, dan atau meningkatkan kapasitas, pengetahuan, dan keterampilan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dalam membela, melindungi, dan mengelola tanah, wilayah, dan sumber daya mereka.

Dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund merupakan pendanaan eksternal pertama yang diterima oleh Komunitas Fakawele. Sebelum ini, komunitas hanya mengandalkan kontribusi anggota untuk menjalankan kegiatannya. Pendanaan Langsung Nusantara Fund menjadi instrumen penting untuk memastikan bahwa upaya, suara, dan praktik baik – Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal – terus hidup di dunia yang terus berubah. Seperti upaya komunitas Fakawele dalam merevitalisasi dan melindungi warisan pengetahuan, budaya, dan sumber daya alam dalam menghadapi eksploitasi industri ekstraktif di Sagea.

Apa yang telah dilakukan Komunitas Fakawele bukan hanya untuk Sagea tapi juga dapat menjadi preseden bagi komunitas lokal lain yang menghadapi tantangan serupa. Bahwa revitalisasi pengetahuan dan budaya lokal dapat menjadi alat yang kuat dalam melawan kekuatan industri ekstraktif eksploitatid dan homogenisasi dalam globalisasi.

Scroll to Top