
Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Agroekologi Bingkai Alamraya
Program
Pengembangan Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Agroekologi Bingkai Alamraya
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Pengembangan Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Agroekologi Bingkai Alamraya
Sejak berdiri pada tahun 2006, Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Agroekologi Bingkai Alamraya telah menjadi sentral bagi komunitas petani di Kabupaten Aceh Tamiang untuk belajar, berlatih, dan meningkatkan kapasitas mereka dalam pertanian berkelanjutan. Pusdiklat Alamraya terletak di Dusun Tanah Berongga, Kampung Perkebunan Tanjung Seumantoh, Kabupaten Aceh Tamiang, dan merupakan pusat kegiatan pendidikan bagi kelompok-kelompok tani di tiga kecamatan di kabupaten tersebut.
Petani yang terlibat dalam Pusdiklat semakin banyak, Pusdiklat pun tidak lagi memadai. Aula serba guna dan rumah inap di Pusdiklat memerlukan perbaikan, fasilitas pendukung juga perlu ditambah. Yayasan Bingkai Alamraya (YBA) dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund pun melakukan peningkatan daya dukung Pusdiklat sebagai ruang belajar dan berlatih pertanian berkelanjutan bagi para petani di Aceh Tamiang, khususnya di Kecamatan Karang Baru. Program dilaksanakan dari 12 Februari hingga 31 Juli 2024 dengan fokus kegiatan pada renovasi fasilitas, pengadaan peralatan pendukung, dan peningkatan kapasitas petani melalui berbagai pelatihan.
Pusdiklat Agroekologi Bingkai Alamraya telah membuat pupuk organik padat dan cair sejak Tahun 2008. Proses pembuatan masih secara manual, dicacah dengan parang. Pencacahan manual sangat menyita waktu dan tenaga, sehingga limbah pertanian berupa merang atau jerami padi, gedebog atau batang pisang, batang jagung, batang kacang kedelai dan rumput segar, banyak tidak terolah.
Pupuk organik yang dibuat Pusdiklat pun hanya mencukupi untuk lahan pertanian di Pusdiklat. Untuk meningkatkan produktivitas produksi pupuk, Pendanaan Langsung Nusantara Fund juga dimanfaatkan untuk pengadaan 1 unit mesin pencacah. Dengan mesin pencacah, produksi pupuk akan bertambah sehingga sejumlah tambahan hasil produksi pupuk organik dapat disalurkan pada kelompok tani.
Untuk meningkatkan kenyamanan dan efektivitas kegiatan pelatihan, rumah inap, dapur dan ruang makan serta pinggang bangunan aula direnovasi. Beriringan dengan rehabilitasi fasilitas, sosialisasi teknik penangkaran benih lokal dan rangkaian pelatihan manajemen kelompok tani pembuatan pupuk organik berjalan. Melalui sosialisasi, petani didorong untuk menggunakan dan menangkar benih lokal yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungan di Aceh Tamiang karena dinilai memiliki ketahanan lebih baik terhadap hama dan penyakit.
YBA Agroekologi Bingkai Alamraya sendiri sudah mengedukasi tentang penangkaran benih lokal sejak 2013 silam. Hingga saat ini, hasil persilangan dari benih-benih lokal yakni SY-01, SY-02 dan SY-04 telah digunakan oleh 15 kelompok tani binaan YBA yang tersebar di tiga kecamatan: Bendahara, Bandar Mulia, dan Karang Batu
Pelatihan pembuatan pupuk organik mengupas tuntas pengetahuan mengenai pupuk organik, baik pupuk padat seperti maupun pupuk cair. Petani-petani desa setempat yang menjadi peserta pelatihan mempraktikkan langsung pembuatan pupuk organik dalam pelatihan. Pelatihan pembuatan pupuk organik menjawab masalah kelangkaan pupuk kimia. Selain itu, pupuk organik memiliki resiko yang lebih rendah terhadap kesehatan tanah dan lingkungan. Dengan mengurangi intensitas penggunaan pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik, petani lambat laun dapat lepas dari ketergantungan pupuk kimia yang seringkali langka dan harganya tak masuk akal, dan pastinya lebih ramah lingkungan
Sebanyak total 64 orang (41 laki-laki & 23 perempuan) perwakilan 16 (enam belas desa) dari tiga kecamatan mengikuti rangkaian sosialisasi dan pelatihan. Selain itu, program ini memberikan manfaat secara tidak langsung bagi masyarakat di dua kabupaten dan kota di sekitar lokasi Pusdiklat; Kabupaten Aceh Tamiang dan Kota Langsa. Dengan menggunakan benih lokal berkualitas yang mudah dijangkau dan pupuk lokal ramah lingkungan, para petani di Aceh Tamiang dapat meningkatkan hasil panen dan menekan biaya operasional.
Pasca pelatihan, sebagian peserta membuat pupuk padat dan cair di desa masing-masing dengan menggunakan tanaman cabai dan sayur-sayuran. Tak berhenti sampai di sana, para petani yang menjadi peserta pelatihan mulai membagikan ilmunya. Pelan-pelan, mereka menggaet petani lain yang belum memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan, menularkan ilmu pengolahan pupuk organik dan penangkaran benih lokal.
Sejak awal pelaksanaan, terbentuknya ekosistem pembelajaran peer to peer di antara para petani di masing-masing desa asalnya turut jadi sasaran. Program ini memang tak hanya menargetkan peningkatan kapasitas masyarakat sekitar tentang pengetahuan teknis pertanian dan pengelolaan sumber daya lokal yang berkelanjutan, namun juga partisipasi aktif masyarakat untuk menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapat.
Ekosistem pembelajaran peer to peer sangat penting dalam menciptakan jejaring antar para petani untuk mereka bisa berbagi pengetahuan, membangun solidaritas, hingga akhirnya meningkatkan daya tawar petani dalam pasar. Ketika para petani Aceh Tamiang merasa berdaulat atas proses produksi pangan mereka, mereka secara tidak langsung akan menjadi lebih proaktif dalam memperjuangkan hak-hak mereka terkait pangan.