TOTAL DANA 2025 - 2027

$500,000

Re-Granting - General Support

TOTAL DANA AGUSTUS 2023 - JULI 2024

$250,000

Institutional Support

TOTAL DANA OKTOBER 2024 - SEPTEMBER 2029

$5,000,000

General Support

TOTAL DUKUNGAN DANA $800,000

Agustus 2023 - September 2024 ( $300,000 )
Februari 2025 - Juli 2026 ( $500,000 )

Pendanaan Langsung ( Re-Granting )

TOTAL DUKUNGAN DANA 2023 - 2027

$1,050,000

Re-Granting - General Support

TOTAL DANA 2024 - 2026

$2,500,000

Re-Granting - Endowment
Sejumlah perempuan dari komunitas Masyarakat Adat Sendana, Majene, Sulawesi Barat, tampak sibuk mengolah limbah ikan tuing-tuing pada Kamis, 16 Januari 2025.

Masyarakat Adat Sendana – KUMA To Malolo

Program

Pengelolaan limbah ikan dan kebun untuk pembuatan pakan ternak

Organisasi Penanggung Jawab
AMAN
Lokasi
Sulawesi Barat
Pendanaan Langsung
Rp99,895,000
Periode
Mulai
01/01/2025
Berakhir
31/05/2025
Target
Ekonomi berkeadilan dan berkelanjutan, selaras dengan prinsip-prinsip Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal
Status
Selesai

Bagikan ke :

Facebook
WhatsApp
X

Pulihkan Wilayah Adat di Pesisir, Masyarakat Adat Sendana Olah Limbah Ikan Jadi Pakan Ternak

Komunitas Masyarakat Adat Sendana di Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, menghadapi tekanan berlapis atas wilayah adat mereka yang berada di pesisir. Di tengah meningkatnya eksploitasi sumber daya alam untuk mendukung pembangunan nasional, termasuk proyek Ibu Kota Negara, Masyarakat Adat Sendana di pesisir harus berhadapan dengan dampak ekologis dari aktivitas tambang galian C. Limbah perikanan dan kelebihan panen yang tidak terjual dari kebun warga juga berpotensi menjadi beban lingkungan baru. Namun, di tengah tumpukan masalah, komunitas menemukan celah untuk bergerak.

Melalui inisiatif yang difasilitasi AMAN Majene, komunitas Masyarakat Adat Sendana membentuk Kelompok Usaha Masyarakat Adat – KUMA To Malolo untuk menata dan mengelola limbah perikanan dan perkebunan menjadi pakan ternak. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan meningkatkan pendapatan, tetapi juga bagian strategi perlindungan Wilayah Adat Sendana di pesisir. Kegiatan dimulai dengan musyawarah adat yang melibatkan pemangku adat, perempuan, dan Pemuda Adat bersama dengan AMAN Majene, untuk menyusun langkah kerja dan membentuk tim pelaksana.

Pelatihan teknis digelar pada Desember 2024, dimulai dengan penguatan kapasitas dalam manajemen usaha dan analisa biaya produksi. Kelompok belajar bagaimana menghitung struktur biaya, menyusun strategi pemasaran, serta membagi peran: dari operator mesin, pencari bahan baku, hingga penjaring mitra peternak lokal. Kata sepakat untuk pembagian hasil usaha (SHU) juga tercapai, memberi ruang pembiayaan untuk Masyarakat Adat dan organisasi.

Pelatihan berlanjut dengan praktik teknis pengolahan pakan: seperti mencampur bahan, mengukur takaran, dan menjalankan mesin pencacah, pulper, dan pelet. Selain itu, peserta juga belajar mengenali nilai gizi dari bahan-bahan yang digunakan. Kesadaran menguat bahwa pakan bukan semata soal seberapa banyak yang dimakan ternak, tetapi kualitas pakan. Kegiatan ini diikuti oleh 33 peserta dari berbagai latar, termasuk Perempuan Adat dan Pemuda Adat, yang secara langsung terlibat dalam pelatihan dan penggunaan peralatan produksi.

Sebagai bagian dari penguatan infrastruktur ekonomi kolektif, kelompok membangun rumah produksi berukuran 6×6 meter. Rumah produksi ini berdiri di atas tanah milik salah satu anggota yang dipinjamkan. Rumah produksi juga dilengkapi dengan mesin-mesin untuk produksi dan pengemasan pakan: mesin pencacah, mesin pulper, mesin pelet, mesin sablon kemasan, mesin jahit karung, dan timbangan.

Monitoring dan evaluasi dilakukan rutin setiap bulan, memberikan ruang untuk perbaikan berkelanjutan. Salah satu rekomendasi yang muncul adalah pentingnya penguatan kapasitas lanjutan, pembentukan Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA) di tingkat kabupaten untuk mendukung pemasaran, serta pencatatan nilai gizi dari produk pakan yang dihasilkan agar dapat bersaing di pasar yang lebih luas.

Limbah yang dulu terbuang kini jadi peluang. Kemampuan kelompok untuk mengolah kelebihan hasil panen dan tangkapan ikan menjadi pakan ternak bernilai ekonomi meningkat drastis. Dalam jangka panjang, praktik ini menjadi bagian dari strategi pemulihan Wilayah Adat Sendana di pesisir yang telah rusak secara ekologis akibat aktivitas tambang galian C. Dengan memanfaatkan potensi ekonomi lokal yang berbasis limbah, mereka menghidupkan kembali nilai-nilai gotong royong dan kearifan yang dimiliki dalam mengelola dan menjaga ruang hidup yakni wilayah adat.

Komunitas Masyarakat Adat Sendana menciptakan dasar untuk sistem ekonomi kolektif yang tangguh di tengah krisis ekologi dan tekanan ekonomi yang makin kompleks. Usaha ekonomi kolektif ini juga mendorong solidaritas dan konsolidasi komunitas Masyarakat Adat Sendana sebagai subjek aktif dalam perlindungan wilayah adat. Mereka tidak hanya menjaga wilayah adatnya, tapi juga membangun masa depan yang lebih mandiri dan bermartabat.

Scroll to Top