
Serikat Petani Suka Makmur
Program
Penguatan Kelembagaan dan Ekonomi Perempuan Anggota Serikat Petani Suka Makmur melalui Peternakan Sapi Indukan
Organisasi Pendamping
Lokasi
Pendanaan Langsung
Periode
Mulai
Berakhir
Target
Status
Bagikan ke :
Ekonomi Kolektif SPSM: Membangun Kesejahteraan dan Kekuatan Perempuan Petani di Bali
Desa Pemuteran telah lama dikenal sebagai desa wisata di Bali, 40% penduduknya bergantung pada sektor pariwisata. Ketika pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2019, sektor pariwisata mengalami guncangan besar yang berdampak langsung terhadap ekonomi masyarakat. Pada masa sulit itu, petani di Desa Pemuteran menunjukkan kekuatannya dalam menghadapi krisis Mereka berhasil membantu masyarakat lain terdampak pandemi, terutama mereka yang menggantungkan hidup dari sektor pariwisata, melalui hasil pertanian dan peternakan mereka. Ini jadi titik balik pentingnya pertanian dan peternakan sebagai pilar kedaulatan pangan, banyak masyarakat di Desa Pemuteran mulai kembali bertani dan beternak.
Namun, setelah lebih dari 30 tahun berlalu, petani di Desa Pemuteran belum menemui titik terang terhadap status tanah yang telah mereka rawat secara turun temurun. Dengan wadah Serikat Petani Suka Makmur (SPSM), mereka terus memperjuangkan hak atas tanah mereka melalui skema Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA). Meski belum mencapai hasil yang diharapkan sampai dengan sekarang, SPSM tidak menyerah. Dengan dukungan Pendanaan Langsung Nusantara Fund, mereka memperkuat advokasi melalui pengembangan ekonomi kolektif di lahan kolektif seluas 4 hektar Desa Maju Reforma Agraria (DAMARA).
Komponen-komponen dan ragam kegiatan di lahan kolektif merupakan upaya membangun model pengembangan peningkatan ekonomi yang kelak bisa bermanfaat bagi kehidupan petani dan dapat diterapkan oleh petani di lahan pribadinya. Ini sekaligus sebagai bukti bahwa petani benar-benar menggarap dan melakukan optimalisasi pemanfaatan lahan dan memperkuat posisi petani di tengah proses perjuangan hak atas tanah.
Sebelumnya SPSM telah memiliki ternak 33 ekor sapi, produksi biogas, dan pembangunan sumur bor untuk mendukung aktivitas pemanfaatan lahan kolektif. SPSM kemudian bersepakat untuk memanfaatkan pendanaan untuk penambahan ternak, yakni sapi bali indukan. Pengadaan 7 ekor bibit sapi bali indukan merupakan langkah strategis mereka dalam mempercepat perguliran manfaat kepada anggota serikat.
Sapi-sapi indukan tersebut, dikembangbiakkan oleh kelompok perempuan petani SPSM yang beranggotakan 10 orang. Setelah satu tahun masa produksi, hasil keuntungan akan dibagikan sesuai kesepakatan, termasuk untuk mendukung kerja-kerja strategis organisasi seperti advokasi, pendidikan, dan konsolidasi. Anak sapi juga akan diberikan kepada kelompok perempuan lainnya, memastikan bahwa manfaat dapat dirasakan oleh seluruh anggota di dalam komunitas.
Dengan pendekatan kolektif, anggota dapat memenuhi kebutuhan langsung mereka dan juga dapat menginvestasikan keuntungan dari penjualan ternak untuk kegiatan produktif dan strategis organisasi. Selain memberikan manfaat ekonomi langsung bagi mereka, partisipasi aktif perempuan petani dalam kegiatan ini juga memperkuat posisi mereka dalam pengambilan keputusan di tingkat komunitas.
Dalam pengelolaan kolektif yang mengusung kendali bersama atas pengelolaan dana dan pengambilan keputusan, memberikan rasa kepemilikan seluruh anggota komunitas sejak awal dan memastikan komitmen mereka untuk terus berpartisipasi aktif dalam pengelolaan. Inilah yang akan memastikan keberhasilan dan keberlanjutan sistem ekonomi kolektif yang dicita-citakan. Sehingga ke depan, manfaat sistem kolektif ini selain sebagai solusi untuk mengurangi kerentanan dan kesejahteraan ekonomi anggota, juga akan menjadi landasan jangka panjang untuk kekuatan organisasi SPSM.