TOTAL DANA 2025 - 2027

$500,000

Re-Granting - General Support

TOTAL DANA AGUSTUS 2023 - JULI 2024

$250,000

Institutional Support

TOTAL DANA OKTOBER 2024 - SEPTEMBER 2029

$5,000,000

General Support

TOTAL DUKUNGAN DANA $800,000

Agustus 2023 - September 2024 ( $300,000 )
Februari 2025 - Juli 2026 ( $500,000 )

Pendanaan Langsung ( Re-Granting )

TOTAL DUKUNGAN DANA 2023 - 2027

$1,050,000

Re-Granting - General Support

TOTAL DANA 2024 - 2026

$2,500,000

Re-Granting - Endowment
Pembukaan Lahan-05

PEREMPUAN AMAN Tilung Indung

Program

Perkebunan Tumpang Sari dan Pendidikan untuk Buta Huruf Perempuan Adat Desa Hinas Kiri

Organisasi Penanggung Jawab
Lokasi
Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan
Pendanaan Langsung
Rp65.735.000,-
Periode
Mulai
20/02/2024
Berakhir
20/06/2024
Target
Ekonomi berkeadilan dan berkelanjutan, selaras dengan prinsip-prinsip Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal, Pusat Pendidikan Rakyat
Status
Selesai

Bagikan ke :

Facebook
WhatsApp
X

PEEREMPUAN AMAN PHD Tilung Indung: Perpadanan Literasi Perempuan Adat dan Pertanian Tumpang Sari

PEREMPUAN AMAN PHD Tilung Indung adalah bagian dari Persekutuan Perempuan Adat Nusantara (PEREMPUAN AMAN), yang memiliki fokus utama pada advokasi hak-hak Perempuan Adat di Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Komunitas terbentuk sebagai respons terhadap kebutuhan Perempuan Adat untuk memiliki wadah sendiri dalam menyuarakan pendapat, melindungi hak-hak mereka, dan menjaga warisan leluhur yang mencakup budaya dan praktik tradisional. Beranggotakan 31 Perempuan dari beberapa komunitas lokal, PEREMPUAN AMAN PHD Tilung Indung aktif dalam berbagai kegiatan advokasi, pelestarian alam, serta pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan pengelolaan sumber daya. Isu utama yang mereka perjuangkan meliputi pendidikan inklusif dan pengelolaan lahan berkelanjutan.

Dari segala aktivitasnya, PEREMPUAN AMAN PHD Tilung Indung menyadari pentingnya program terpadu untuk menjawab kebutuhan dasar komunitas mereka, terutama dalam kedaulatan pangan dan literasi Perempuan. Dengan latar belakang ini, mereka merancang program perkebunan tumpang sari dan pendidikan untuk buta huruf bagi Perempuan Adat. Program memiliki dua fokus utama terintegrasi: perkebunan tumpang sari dan pendidikan untuk buta huruf Perempuan Adat. Kegiatan dirancang untuk menjawab kebutuhan esensial komunitas Perempuan Adat di Desa Hinas Kiri.

Dalam kegiatan perkebunan tumpang sari, Perempuan Adat memanfaatkan lahan seluas satu hektar yang telah dipersiapkan bersama untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Persiapan dimulai dengan diskusi kelompok  untuk merencanakan jenis bibit yang akan ditanam, metode tanam, serta waktu penanaman. Bibit ditanam meliputi mentimun, kacang panjang, jagung manis, dan cabe rawit. Kegiatan penanaman berlangsung dalam suasana gotong royong, di mana anggota kelompok saling membantu menanam bibit, memastikan tanah digemburkan, dan menciptakan alur-alur air untuk menghindari genangan yang dapat merusak tanaman.

Berkebun dengan menerapkan sistem tumpang sari, komunitas Perempuan Adat menjaga keberagaman jenis tanaman untuk menjaga keseimbangan ekologis. Model ini mencerminkan pengelolaan sumber daya berkelanjutan karena mampu meminimalkan risiko gagal panen dan meningkatkan produktivitas dan kesuburan tanah tanpa merusak ekosistem. Keragaman tanaman dalam tumpangsari menekan pertumbuhan hama tertentu secara alami, sehingga perempuan adat mampu mempertahankan stabilitas produksi pertanian dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia. Selain itu, hasil panen yang dikelola secara kolektif memperkuat tata kelola ekonomi komunitas, di mana keuntungan dari penjualan hasil panen sebagian digunakan untuk mendukung aktivitas kelompok dan membeli bibit tambahan, menciptakan siklus produksi mandiri dan berkelanjutan.

Dalam kurun waktu tiga hari, kelompok Perempuan Adat dapat memanen sekitar 25-40 kg mentimun, 2 kg kacang panjang, 1 kg cabe rawit, serta beberapa buah jagung manis. Sebagian hasil panen dijual ke masyarakat lokal sebagai upaya memperkuat kedaulatan pangan dan sumber pendapatan bagi komunitas. Penjualan hasil panen dikelola secara kolektif, keuntungan diperoleh digunakan untuk membeli bibit tambahan atau peralatan berkebun, dan sebagian dialokasikan untuk dana kelompok. Bagian hasil lainnya dibagikan kepada anggota, sehingga setiap keluarga dapat membawa pulang hasil bumi untuk kebutuhan sehari-hari.

Di samping kegiatan perkebunan, berlangsung pendidikan buta huruf untuk Perempuan Adat yang selama ini belum memiliki kesempatan belajar. Pendidikan menjadi prioritas karena banyak Perempuan di Desa Hinas Kiri yang tidak dapat membaca dan menulis akibat keterbatasan akses pendidikan dan kewajiban rumah tangga yang menyita waktu. Kelas-kelas pendidikan diadakan dalam bentuk pertemuan rutin, berlangsung delapan kali setiap bulan.

Sebanyak 20 Perempuan Adat sudah mampu membaca 2-3 kata dan menulis nama mereka serta anggota keluarga, sementara 10 Perempuan Adat lainnya berhasil menguasai kemampuan membaca kalimat yang lebih panjang. Dengan kemampuan baru, mereka lebih percaya diri untuk menghadiri pertemuan desa, mengisi daftar hadir, dan membaca label atau nama barang di toko tanpa harus bergantung pada gambar atau bentuk saja. Perempuan Adat yang dulu tidak aktif kini terlibat dalam diskusi dan pengambilan keputusan komunitas semakin percaya diri, peningkatan kemampuan literasi di kalangan Perempuan Adat tentunya akan mengubah dinamika partisipasi mereka dalam komunitas.

Dengan kemampuan membaca dan menulis, Perempuan Adat akan lebih memahami informasi relevan terkait pengelolaan sumber daya dan hak-hak mereka. Literasi baca tulis juga akan sangat membantu perempuan adat memperluas wawasan dan pemahaman mereka tentang praktik berkelanjutan. Baik dalam pengelolaan lahan berkelanjutan maupun aspek kehidupan lainnya.

Scroll to Top